Monday 31 January 2011

TIORI PEMEROLEHAN FONOLOGI

oleh :

Zainal Abidin 127 035

ABSTRAK

Setelah penulis memahami tiori Struktur Universal kemudian penulis mengaittkan dengan kenyataan dilapangan, penulis dapat menyimpulkan, memang terbukti sebelum bayi mampu berbicara dia melalui dua tahab yang dibahas pada tiori Struktur Universal yaitu; tahap membabel (prabahasa) dan tahap pemerolehan bahasa nurani.

Tiori Generative Struktur Universal ini, cocok dan sesuai dengan realita yang ada dilapangan khususnya pada bayi yang penulis observasi, meskipun bayi tersebut belumbisa bicara dia memang melalui tahap-tahap pemerolehan ponologo bertingkat seperti digram data yang dijelaskan dalam tiori.

Jelas sudahlah dan penulis sepakat bahwa pada teori ini pemerolehan bahasa melaui penemuan konsep dan pembentukan hipotesis dan menekankan pentingnya faktor kreatifitas dalam pemerolehan bahasa.

Berdasarkan pendapat Weterson diatas penulis setuju dan sepakat, sesuai dengan realita yang ada dilapangan, memang benar kanak-kanak hanya mengucapkan kembali bagian ucapan yang makan waktu lebih kurang 0,2 detik, dan bagian yang diucapkan kembali adalah elemen vokal dan konsonan yang mencapai artikulasi kuat.

Menurut tiori ini berdasarkan bagan-bagan serta keterangan yang dikemukakan diatas memang kanak-kanak melalui hal yang tersebut diatas. Tetapi bayi yang penulis teliti belum melalui semua yang diterangkan diatas, karena bayi tersebut masih dalam rangka tahap membabel (prabahasa). Menurut tiori Kontras dan Proses penulis sepakat dan setuju bahwa bayi /kanak-kanak dengan berdasrkan realita yang penulis lihat dilapangan memang melalui seperti hal yang dijelaskan dalam tiori ini.

BAB I

PENDAHULUAN

Seluruh puji serta sedalam syukur penulis mohonkan kepada Allah SWT. Yang telah meridhoi, merahmati, memberkahi dan dengan pertolongan-Nya penulis telah dapat menulis makalah ini sebaik-baik mungkin. Selawat serta salam juga penulis mohonkan kepada Allah semoga Rasulullah saw, keluarganya, keterunannya, sahabatnya, serta orang-orang pengikutnya, dalam keridhoan-Nya.

Makalah ini penulis tulis untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pskolinguistik yaitu sebagai pengganti ujuan mid semester yang dibinbing oleh dosen Dr. Abdulhalim Hanafi, M.A dan Nurlaila, M.A, semoga dengan bimbingan beliau penulis mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfa’at. Dan dengan keikhlasan beliau dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan perkuliahan ini, semoga jadi ’amal sholeh disisi Allah SWT amiin yaa rabbal’alamin.

A. Latar Belakang Masalah

Adapun yang melatar belakangi masalah yang penulis bahas dalam makalah ini adalah begitu pesat dan cepatnya bayi yang bernama Agung Saputra ini, mengerti dan merespon apa-apa yang kita katakan dan kita ucapkan kepadanya sehingga mampu mengeluarkan bunyi-bunyi serta gerakan-gerakan tubuhnya membuktikan bahwa dia mengerti dan paham apa yang kita katakan padanya, hal ini juga membuktikan bahwa dia berkomunikasi dengan kita. Dengan demikian penulis tertarik untuk membahas pemerolehan fonologi bagi anak, sehingga dengan demikian penulis ingin mengetahui diantara sekian banyak tiori-tiori yang membahas tentang fonologi mana yang lebih cocok dan sesuai dengan bayi yang penulis observasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latarbelakang masalah diatas maka dari itu dapat penulis rumuskan masalah-masalah yang terkait dengan fonologi adalah :

1. Adanya diantara bayi-bayi yang cepat dan tanggap dalam merespon /berkomunikasi meskipun belum mampu untuk berbicara.

2. Ada diantarnya yang lamban salah satu diantara perkembangan fisik dengan kemampuan untuk berbicara.

3. Dan ada diantarnya yang bersamaan perkembangan fisik dengan kemampuan bicaranya.

4. Ada diantarnya yang sudah berkembang fisik dengan baik begitu juga bicaranya tetapi kurang tepat /pas dengan kata-kata yang sebenarnya.

C. Batasan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah penulis cantumkan diatas, maka penulis membatasi masalah yang akan penulis bahas :

1. Adanya diantara bayi-bayi yang cepat dan tanggap dalam merespon /berkomunikasi meskipun belum mampu untuk berbicara.

2. Dan ada diantarnya yang bersamaan perkembangan fisik dengan kemampuan bicaranya.


BAB II

TIORI PEMEROLEHAN FONOLOGI

Banyak teori yang menjelaskan masalah pemerolehan bahasa (fonologi) diantranya :

1. Teori Strukur Universal

Teori struktur universal ini dikembangkan oleh Jakobson (1968). Oleh karena itu sering juga disebut teori Jakobson. Pada intinya teori ini mencoba menjelaskan pemorelahan berdasarkan struktur-struktur universal lunguistik yakni hukum- hukum struktural yang megatur perubahan bunyi.

Dalam penelitiannya Jakobson mengamati pengeluaran bunyi-bunyi oleh bayi –bayi pada tahap membabel (babling) dan menemukan bahwa bunyi yang normal mengeluarkan berbagai bunyi yang normal mengeluarkan berbagai ragam bunyi dan vokalisasinya baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Namun ketika bayi mulai memperoleh “kata” pertamanya ( kira-kira 1-0 tahun) makanya kebanyakan bunyi-bunyi ini menghilang. Malah sebagian dari bunyi-bunyi itu baru muncul kembali beberapa tahun kemudian. Dari pengamatannya Jakobson menyimpulkan adanya dua tahap dalam pemerolehan fonologi yaitu :

a. Tahap membabel prabahasa.

b. Tahap pemerolehan bahasa nurani.

Pada tahap prabahasa bunyi-bunyi yang dihasilkan bayi tidak menujukkan suatu urutan perkembangan tertentu, dan sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan masa pemerolehan bahasa berikutnya. Jadi pada tahap membabel ini bayi hanya melatih alat-alat vokalnya dengan cara mengeluarkan bunyi-bunyi tanpa tujuan tertentu, atau bukan untuk berkomunikasi, sebaliknya, pada tahap pemerolehan bahasa yang sebenarnya bayi mengikuti suatu pemerolehan bayi yang relative universal dan tidak berubah.[1]

Menurut Jakobson diantara kedua tahap itu terdapat masa tidak adanya kegiatan yang menunjukkan tidak adanya kesinambungan diantara kedua tahap itu, meskipun masanya sangat singkat dan tidak tampak jelas. Banyak pakar psikolunguistik perkembangan menerima teori Jakobson mengenai masa senyap ini. Beberapa bukti yang memperkuat teori Jakobson ini adalah sebagai berikut:

a. Bunyi likuida [l] dan [r] yang sering muncul pada tahap membabel, hilang pada tahap mengeluarkan bunyi bahasa yang sebenarnya. Bunyi ini baru muncul lagi ketika bayi berumur tiga setengah tahun (3:6) atau (4:0) bahkan ketika berumur lima tahun (5:0).

b. Bayi-bayi yang pekak membabel dengan cara yang sama dengan yang sama dengan yang normal. Namun, setelah tahap membabel ini selesai bayi-bayi ini pun akan berhenti mengeluarkan bunyi-bunyi.

c. Menurut penelitian Port dan Preston (1972), VOT (voice onset time = waktu antara pelepasan bunyi hambat dan bergetarnya pita suara) seperti konsonan [d] dan [t] tidak sama pada tahap membabel dengan VOT pada tahap mengeluarkan bunyi bahasa yang sebenarnya; dan VOT ketika berusia satu tahun (1 : 0) sama dengan VOT orang dewasa. Perbedaan VOT ini membuktikan adanya masa peralihan diantara tahap membabel dengan tahap mengeluarkan bunyi yang sebenarnya.

Jika tahap pemerolehan bahasa yang sebenarnya dimulai, maka akan terdapat urutan peringkat perkembangan yang teratur dan tidak berubah meskipun taraf kemajuan tiap individu tidak sama. Perkembangan peringkat ini ditentukan oleh humum-hukum yang bersifat universal yang oleh Jakobson disebut “ the laws of irreversible solidarity. (1968 : 68)[2]

Jadi pada teori ini dapat disimpulkan pemerolehan fonologi berdasarkan struktur-struktur universal luguistik, dan terdapat dua tahap dalam pemerolehan fonolgi yaitu pemerolehan tahap membabel prabahasa, tahap pemerolehan bahasa nurani.

2. Teori Generative Struktur Universal

Teori Struktural Universal yang diperkenalkan oleh Jakobson di atas telah diperluas oleh Moskowitz (1970, 1971) dengan cara menerapkan unsur-unsur fonologi generatif yang diperkenalkan oleh Chomsky dan Halle (1968). Yang paling menonjol dari teori Moskowitz ini adalah “penemuan konsep” dan “pembentukan hipotesis” berupa rumus-rumus yang dibentuk oleh kanak-kanak berdasarkan Data Linguistik Utama (DLU), yaitu kata-kata dan kalimat-kalimat yang didengarnya sehari-hari.[3]

Moskowitz yang tidak sejalan dengan teori Chomsky yaitu mengenai konsep-konsep yang harus ditentukan oleh anak-anak untuk mengasimilasikan DLU lebih berkaitan dengan proses struktur nurani yang dihipotesiskan. Namun, kesimpulan lain menunjukkan adanya keselarasan yang tinggi dengan teori Chomsky yakni karena Moskowitz menentang teori pemerolehan bahasa dengan peniruan, serta menekankan pentingnya faktor kreatifitas dalam pemerolehan bahasa pada umumnya dan proses pemerolehan fonologi khususnya. Dalam proses pemerolehan bahasa kanak-kanak menemukan konsep-konsep serta menerapkan konsep-konsep itu untuk menciptakan bahasa.[4]

Keberhasilan utama yang dicapai si bayi pada tahap membabel adalah penemuan unit-unit kalimat yang merupakan unit lunguistik yang pertama. Ini ditandai dengan munculnya intonasi dan hentian-hentian dalam ucapannya; dan ini merupakan permulaan analisis bahasa segmental. Penemuan unit kalimat ini juga mencerminkan satu langkah utama kearah sosialisasi, yakni pembelajaran semantic karena kalimat sebagai suatu rangkaian bunyi panjang yang terbatas memiliki makna tertentu. Pada tahap penemuan unit kalimat ini muncullah satu proses pemorolehan fonologi yang bertingkat-tingkat sebagaimana bagan dibawah ini.

Data lugistik sebagai keluaran

Data yang diingat terus


Data yang diingat semakin lama


Data yang lebih lama diingat


Data yang dilupakan


Data lunguistik sebagai masukan

Proses dimulai dengan masuknya data lunguistik (berupa bunyi ucapan) ke dalam kotak 1. Data yang tidak dapat segera dipindahkan kedalam kotak 2 akan terbuang dari kotak 1; sedangkan yang lain segera dipindahkan kedalam kotak 2 data ini akan diingat dengan lebih lama. selanjutnya data ini dapat dipindahkan kekotak 3 agar data tersebut dapat tinggal lebih lama lagi. Adaikata karena sesuatu sebab data ini tidak bisa tinggal lebih lama , maka data ini akan kembali 1, dan menggalamai proses yang sama dengan data baru lainya. Data yang telah lama ada dikotak 3 akan dikirim kekotak 4 dengan syarat data tersebut terus muncul berulang-rulang. Data yang telah disampaikan kekotak 4 ini akan terus dapat dikeluarkan sebagai keluaran.[5]

Jelaslah bahwa pada teori ini pemerolehan bahasa melaui penemuan konsep dan pembentukan hipotesis dan menekankan pentingnya faktor kreatifitas dalam pemerolehan bahasa.

3. Teori Prosodi- Akuistik

Teori prosodi- akuistik ini diperkenalkan oleh Weteson (1976) sesudah dia merasa tidak puas dengan pendekatan fonemik segmental yang dikatakannya tidak memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai pemerolehan fonologi.

Weterson (1971) berpendapat bahwa pemerolehan bahasa adalah satu proses sosial sehingga kajianya lebih tepat dilakukan dirumah dalam konteks sosial yang sebenarnya daripada pengkajian data-data eksprimen, lebih-lebih untuk mengetahui pomerolehan fonologi.

Weterson (1970) juga menemukan dan hubungan akuistik antara bentuk-bentuk ucapan kanak-kanak dengan fitur-fitur bentuk ucapan orang dewasa. Kanak-kanak hanya mengucapkan kembali bagian ucapan yang makan waktu lebih kurang 0,2 detik, dan bagian yang diucapkan kembali adalah elemen vokal dan konsonan yang mencapai artikulasi kuat.[6]

4. Teori Kontras dan Proses

Teori ini diperkenalkan oleh Ingram (1974, 1979) yakni suatu teori yang menggabungkan bagian-bagian penting dari teori Jakobson dengan bagian-bagian penting dari teori Stampe; kemudian menyelaraskan hasil penggabungan dengan teori perkembangan dari Piaget. Menurut Ingram kanak-kanak memperoleh system fonologi orang dewasa dengan cara menciptakan strukturnya sendiri; dan kemudian mengubah struktur ini jika pengetahuannya mengenai system orang dewasa semakin baik. Perkembangan fonologi ini melalui asimilasi dan akomodasi yang terus-menerus (menurut teori piaget): mengubah struktur untuk menyelaraskannya dengan kenyataan.

Peristiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Kata kanak-kanak kakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkankankanakkanak

system kanak-kanak kakkkanak kakanakkanak

Kata orang dewasa

Ingram menegaskan kita harus mengakui adanya ketiga peringkat perkembangan fonologi kanak-kanak seperti telah digambaran dalam bagan. Kita harus dapat menerangkan bagaimana peringkat kedua (system kanak-kanak) terjadi. Untuk itu kita harus mempertimbangkan bagaimana kanak-kanak mengamati dan mengeluarkan ucapan-ucapan. Oleh karena persepsi kanak-kanak belum lengkap, maka pemerolehan system kanak-kanak haruslah digambarkan sebagai berikut.

persepsi

organisasi

Kata orang dewasa aaadewasa

Kata kanak-kanak

Pengeluaran

Bagan diatas menjelaskan bahwa suatu ujaran yang tepat mengenai perkembangan fonologi kanak-kanak harus dapat menerangkan ketiga peringkat diatas yaitu persepsi, organisasi dan pengeluaran.

Karena fonologi membicarakan kontras-kontras dan berusaha memberikan satu pengucapan pada tiap morfem, maka kanak-kanak haruslah berusaha memperoleh kontras-kontras dalam pengucapan-pengucapan itu. Uraian kontras-kontras fonologi orang dewasa inilah yang harus diberikan oleh peringkat organisasi ucapan kanak-kanak untuk kontras itu.

Lihat bagan berikut.

Persepsi senarai bunyi dan suku kata orang dewasa

Proses-proses

Organisasi senarai bunyi dan suku kata yang berkontras

Proses-proses


Pengeluaran senarai bunyi dan suku kata yang dikeluarkan

Tahap-tahap pemorelahan fonologi yang dibuat Ingram diatas sejalan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif dari Pieget (1962) pada tahap persepsi, yang belum produktif itu, terdapat dua subtahap yaitu (a) vokalisasi praucapan dan (b) tahap fonologi primitif.[7]

BAB III

HASIL OBSERVASI

A. Waktu dan Tempat Observasi

1. Adapun waktu yang penulis lakukan untuk mengobservasi bertepatan pada hari Jum'at-Sabtu 21-22 Mai 2010. Pada sebenarnya mulai perkuliahan Pskolinguistik setelah pertemuan pertama Ustazah Nurlaila, M.A, memberikan tugas untuk pengganti ujian mid semester mengobservasi serta menganalisis tiori yang bersangkutan dengan pembahasan masalah yang penulis bahas. Mulai dari itu penulis selalu mengamati dan memperhatikan perkembangan bunyi-bunyi yang di lafalkan oleh bayi tersebut, karena penulis tinggal dirumah kontrakan mereka, dua kamar bagaian belakang tempat kos penulis dkk.

2. Tempat pelaksanaan observasi yaitu dirumah kontrakan orang tua bayi yang berhalamat di Talago. No 83 Jl. Sudirman, Jorong Kubura Rajo, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar.

B. Biodata Bayi yang Diteliti

1. Nama : Agung Saputra

2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Umur : 15 Januari 2009 -27 Mai 2010 = 71 Minggu (1 Tahun 12 Minggu).

4. Tempat dan tanggal lahir : Talago, Kubura Rajo 15 Januari 2009

5. Anak ke : 4

6. Alamat : Talago. No 83 Jl. Sudirman, Jorong Kubura Rajo, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar.

7. Nama ayah : Syafrial RN

8. Nama ibu : Yusrita

9. Pekerjaan ayah : Analis

10. Pekerjaan ibu : RT

C. Laporan kedua orang tua bayi serta kenyataan yang Penulis dapatkan disaat Observasi.

Sesuai dengan telah penulis lakukan observasi maka dapat penulis laporkan sebagai berikut :

1. Bayi yang bernama Agung Saputra, setelah diperhatikan dan diamati dia memang sanggup untuk memperoleh fonologi dengan baik.

2. Sesuai dengan tiori struktur universal yang dikemukakan oleh Jakobson bahwa memperoleh fonologi ada dua tahab, yaitu tahab membabel (prabahasa) dan pemerolehan bahasa nurani. Maka dari itu sesuai dengan hasil observasi dan setelah diamati, dapat disimpulkan bahwa bayi yang bernama Agung Saputra telah hampir selesai melalui tahap pertama dan sekarang sedang menjalani (menempuh) tahab kedua.

3. Bayi yang bernama Agung Saputra bisa merespon apa yang kita katakan dan mengerti teguran, seperti: tutup pintu, awas jatuah, jan mamanjek, jan diawai tu aak, dll.

4. Bayi ini meskipun dia belum sangup berbahasa (berbicara), tetapi dia sudah basa membedakan antara suruhan dan larangan.

5. Adapun bunyi-bunyi yang dapat dikeluarkan atau dilafalkan oleh bayi tersebut adalah:

a) Disaat memanggil ibunya bunyi yang dikeluarkan maa, kadang–kadang sudah sanggup melafalkan dengan lengkap (mamma).

b) Memanggil ayahnya bunyi yang dikeluarkan aaaaaa.

c) Sedangkan memanggil kakaknya bunyi yang dikeluarkan ma maa.

d) Dan disaat ia inyin pergi atau mengikuti (maikuik) kepada ayah, ibu, atau kakanya yang mau berpergian, maka dia mengucapkan atau melafalkan bunyi nah-nah sambil mengacungkan kedua tangannya agar digendong.

e) Meminta susu dia mengeluarkan bunyi nen-nen.

f) Sedangkan untuk meminta makan dia melafalkan bunyi mammam.

g) Sedangkan untuk meminta minum dia melafalkan bunyi 'uh ibunya menanyakan minum? dia jawab 'uh-'uh.

h) Disaat menyambut kedatangan ayahnya dia melafalkan bunyi aaaa (maksudnya papa).

i) Disaat menyambut kedatangan ibunya dia melafalkan bunyi maaa kadang-kadang mammaa.

j) Disaat menyambut kedatangan kakaknya dia melafalkan bunyi aaaaa.

k) Disaat meminta sesuatu seperti main-mainan, minta digendong, mengajak untuk bermain bersamanya dia mengeluarkan bunyi 'ah-'ah.

l) Disaat dia main mobil-mobilan dengan kakaknya dia menyeluarkan bunyi-bunyi nyaung-nyaung.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis atau kaitan antara tiori dengan kenyataan dilapangan.

1. Kaitan dengan tiori Struktur Universal

Setelah penulis memahami tiori Struktur Universal kemudian penulis mengaittkan dengan kenyataan dilapangan, penulis dapat menyimpulkan, memang terbukti sebelum bayi mampu berbicara dia melalui dua tahab yang dibahas pada tiori Struktur Universal yaitu; tahap membabel (prabahasa) dan tahap pemerolehan bahasa nurani.

Tetapi menurut Jakobson beberapa bukti yang memperkuat teorinya yang ada dibawah ini, penulis tidak bisa memberikan argumen atau kaitanya dengan kenyataan terhadap bayi yang penulis observasi, karena bayi tersebut belum melalui tahap-tahap, seperti penjelasan dibawah ini:

1. Bunyi likuida [l] dan [r] yang sering muncul pada tahap membabel, hilang pada tahap mengeluarkan bunyi bahasa yang sebenarnya. Bunyi ini baru muncul lagi ketika bayi berumur tiga setengah tahun (3:6) atau (4:0) bahkan ketika berumur lima tahun (5:0).

2. Bayi-bayi yang pekak membabel dengan cara yang sama dengan yang sama dengan yang normal. Namun, setelah tahap membabel ini selesai bayi-bayi ini pun akan berhenti mengeluarkan bunyi-bunyi.

3. Menurut penelitian Port dan Preston (1972), VOT (voice onset time = waktu antara pelepasan bunyi hambat dan bergetarnya pita suara) seperti konsonan [d] dan [t] tidak sama pada tahap membabel dengan VOT pada tahap mengeluarkan bunyi bahasa yang sebenarnya; dan VOT ketika berusia satu tahun (1 : 0) sama dengan VOT orang dewasa. Perbedaan VOT ini membuktikan adanya masa peralihan diantara tahap membabel dengan tahap mengeluarkan bunyi yang sebenarnya.

Jadi berdasarkan tiga poin bukti yang dikemukakan oleh Jakobson diatas, penulis belum bisa mengaitkan dengan keadaan bayi yang penilis obsevasi, karena bayi tersebut masih dalam suasana membabel. Pada teori ini, penulis sepakat dan dapat disimpulkan pemerolehan fonologi berdasarkan struktur-struktur universal luguistik, terdapat dua tahap dalam pemerolehan fonolgi yaitu pemerolehan tahap membabel prabahasa, tahap pemerolehan bahasa nurani.

2. Kaitan dengan tiori Generative Struktur Universal

Setelah penulis amati dan pahami. Tiori Generative Struktur Universal ini, cocok dan sesuai dengan realita yang ada dilapangan khususnya pada bayi yang penulis observasi, meskipun bayi tersebut belumbisa bicara dia memang melalui tahap-tahap pemerolehan ponologo bertingkat seperti digram data yang dijelaskan dalam tiori.

Jelas sudahlah dan penulis sepakat bahwa pada teori ini pemerolehan bahasa melaui penemuan konsep dan pembentukan hipotesis dan menekankan pentingnya faktor kreatifitas dalam pemerolehan bahasa.

3. Kaitan dengan tiori Prosodi-akuistik

Berdasarkan pendapat Weterson diatas penulis setuju dan sepakat, sesuai dengan realita yang ada dilapangan, memang benar kanak-kanak hanya mengucapkan kembali bagian ucapan yang makan waktu lebih kurang 0,2 detik, dan bagian yang diucapkan kembali adalah elemen vokal dan konsonan yang mencapai artikulasi kuat.

4. Kaitan dengan tiori Kontras dan Proses

Menurut tiori ini berdasarkan bagan-bagan serta keterangan yang dikemukakan diatas memang kanak-kanak melalui hal yang tersebut diatas. Tetapi bayi yang penulis teliti belum melalui semua yang diterangkan diatas, karena bayi tersebut masih dalam rangka tahap membabel (prabahasa). Menurut tiori Kontras dan Proses penulis sepakat dan setuju bahwa bayi /kanak-kanak dengan berdasrkan realita yang penulis lihat dilapangan memang melalui seperti hal yang dijelaskan dalam tiori ini.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat penulis tarik sebuah kesimpulan sebagai berikut, bayi yang bernama Agung Saputra sesuai dengan umur serta perkembangan fisiknya, juga kemampuannya dalam memperoleh ponologi. Penulis bisa menyatakan tidak ada gangguan ataupun hambatan baginya ini berdasarkan tiori, observasi, serta hasil analisis penulis.

B. Saran

Berdasarkan makalah yang telah penulis bahas diatas. Maka dari itu, penulis menyerankan kepada kita semua (pembaca) baik itu yang telah mempunyai sibuah hati maupun yang belum, agar dapat berbahasa dengan baik /berbicara yang bagus-bagus dihadapan bayinya. Karena semau bayi yang normal, apapun perkataan /pembicaraan kita, dia selalu menyerab meskipun itu baik atau pun buruk, seiring berjalanya waktu dia selalu akan mengikuti bahasa, logat, dan gaya bahasa lingkungan sekitarnya.

Sekali lagi penulis sarankan kepada kita semua, agar bisa menjadi orang tua yang baik juga mendidik, serta mengarahkan anak-anaknya kepada yang lebih baik. Mudah-mudahan anak-anak yang dititipkan Allah kepada kita jadi anak yang sholeh dan sholehah. Amiin yaa Rabbal'alamin.

C. Harapan

Semoga dengan makalah yang telah penulis bahas diatas, dapat kita ambil sebagai pedoman, sekurang-kurangnya untuk mengingatkan kita, menjadi orang tua yang perhatian terhadap bayinya dalam rangka membantu bainya untuk memperoleh bahasa yang baik.

D. Kesan

Semenjak mengikuti pertemuan pertama perkuliahan Pskolinguistik sampai sekarang antara lain:

1. Merasa cemas karena takut tidak bisa mengikuti perkuliahan ini dengan baik.

2. Setelah diikuti perkuliahan ini ternyata asik dan menyenangkan, dengan perkuliahan ini menambah penyetahuan dan wawasan dalam menghadapi (bergaul) dengan anak-anak.

3. sedangkan kesan dalam menyelesaikan makalah ini, memang di akui kalau dipandang disegi capeknya, memang agak capek. Tetapi penulis tidak merasa keberatan dan juga tidak terpaksa. Bahkan penulis merasa keasikan dan menyenangkan, disebabkan bayi yang penulis teliti setiap hari berkomunikasi dan bergaul dengan penulis.



[1] Abdul Chaer, Psikolunguistik Kajian Teoritik, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta) . h 202-203

[2] Ibid h. 203

[3] Ibid h. 205

[4] http//sastra daerahhusu.blogspot com 2009/05. Diakses Tanggal 18 April 2010 Makalah Pemerolehan Fonologi oleh Fulfina Tahun Ajaran 2009/2010

[5] Op.Cit. h 206-207

[6] Op.cit. h 210-212

[7] Op.cit. h 212-213


1 comment: