Friday 14 January 2011

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

Dampak Kegiatan Manusia terhadap

Keanekaragaman Hayati

Oleh: Dwi Hilma Befi

Pada dasarnya tidak ada makhluk hidup yang persis sama di bumi ini. Adanya perbedaan di antara organisme inilah yang menimbulkan keanekaragaman. Makhluk hidup yang ada di bumi ini banyak sekali jumlahnya dan beraneka ragam. Berbagai jenis makhluk hidup dapat menempati habitat yang sama, Namun dari keanekaragaman yang ada, pasti ada kesamaan atau keseragaman dari makhluk hidup meskipun hanya sedikit.

Menurut Sudjino dkk dalam buku Biologi jilid 1a (2004): “Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, spesies, dan ekosistem di suatu daerah. “

Di dalam Wikipedia Bahasa Indonesia dikatakan bahwa: “Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah pembahasaan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya”.

Sedangkan di dalam buku Pengetahuan Lingkungan-Departemen Biologi ITB, Devi N.Choerin (2004:18) menyatakan bahwa: “Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup berikut kesatuan ekologis dimana mereka berada atau jumlah jenis yang berbeda dalam suatu kawasan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati itu adalah berbagai macam perbedaan atau keanekaragaman yang terdapat antar organisme yang ada di bumi ini. Perbedaan itu dapat dilihat dari gennya, jenisnya, dan ekosistemnya.

Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Sebaliknya faktor luar relatif labil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Selanjutnya, keanekaragaman hayati ini tebagi atas tiga macam yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.

Keanekaragaman gen adalah kenekaragaman individu dalam satu jenis makhluk hidup. Maksudnya adalah tidak ada dua makhluk hidup yang sama persis di bumi ini walaupun itu kembar identik sekalipun. Dlam populasi suatu jenis organisme tidak ada suatu individu pun yang penampilannya persis sama dengan individu lainnya. Kemudian, keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapt pada makhluk hidup antarjenis atau antarspesies dalam satu marga. Perbedaab antarspesies makhluk hidup dalam satu marga ini lebih mencolok sehingga lebih mudah diamati daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies. Sedangkan keanekaragaman ekosistem adalah perbedaan dari masing-masing ekosistem. Contohnya saja ada ekosistem hutan hujan, ekosistem padang rumput, dan lain-lain.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang besar. Diperkirakan hampir 30% spesies yang ada di bumi ini terdapat di Indonesia, walaupun penyebarannya tidak merata di seluruh pulau. Keanekaragaman hayati di Indonesia ini dipengaruhi oleh iklim Indonesia yang tropis. Selain itu, perbedaan ekosistem juga dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati di Indonesia ini terbagi kepada dua bagian yaitu flora dan fauna. Flora di Indonesia termasuk dalam kawasan flora Malesiana yang meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Karena kondisi di kawasan ini tropis maka tidaklah mengherankan bahwa wilayah ini menjadi pusat vegetasi dunia. Persebaran tumbuhan atau flora di Indonesia seperti pohon buah tropis, pohon jati, rotan, bunga raksasa, pala, kayu kruing, dan lain-lain. Selain itu, fauna yang terdapat di Indonesia juga beranekaragam. Di dalam batas wilayahnya, Indonesia memiliki 12% jenis mamalia dunia, 16% jenis reptile dan amfibi, serta 17% jenis burung dunia.

Persebaran fauna di Indonesia tidak merata. Pada awalnya Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh garis Wallace dan Weber. Namun sekarang, yang digunakan adalah persebaran fauna yang terbagi menjadi tiga daerah yaitu fauna daerah oriental, daerah Australian, dan daerah peralihan. Fauna daerah oriental contohnya yaitu bekantan, badak bercula satu, harimau, dan lain-lain. Adapun fauna daerah Australian contohnya adalah komodo, kangguru pohon, burung cenderawasih merah, dan lain-lain. Sedangkan fauna peralihan contohnya anoa, rangkong, musang cokelat, dan lain-lain.

Adanya berbagai flora dan fauna tersebut merupakan sumber daya alam hayati yang bernilai tinggi serta memberikan nilai tambah bagi manusia. Manfaat keanekaragaman hayati bagi manusia sangatlah besar. Pemanfaatan keanekaragaman hayati ini dapat digolongkan menjadi beberapa nilai manfaat, yaitu nilai konsumtif, nilai produktif, dan nilai nonkonsumtif. Nilai manfaat konsumtif artinya nilai dari produk keanekaragaman hayati yang langsung dikonsumsi seperti bahan pangan, bahan obat-obatan, dan bahan bakar. Sedangkan nilai manfaat produktif artinya nilai dari produk keanekaragaman gayati yang diolah secara besar-besaran dan bersifat komersial seperti industri karet, industri benang, industri pengalengan ikan, dan lain-lain. Kemudian, nilai manfaat nonkonsumtif artinya manfaat selain konsumtif dan produktif, misalnya ebagai sumber plasma nutfah, menjaga kelestarian ekosistem, dan memberikan keindahan alam.

Dengan semakin majunya teknologi, tentunya berdampak pada kemajuan pemikiran manusia. Hal tersebut menyebabkan manusia ingin mengembangkan berbagai sektor yang terdapat dalam kehidupan. Untuk memenuhi keinginan tersebut tentunya manusia melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan. Namun terkadang manusia lupa bahwa berbagai kegiatan yang dilakukan tersebut berdampak terhadap lingkungannya. Dampak itu tidak hanya terhadap unsur-unsur abiotik, namun juga terhadap unsur-unsur biotik. Dengan kata lain, banyak kegiatan manusia yang dapat mengganggu kelestarian dari keanekaragaman hayati yang ada. Beberapa penyebab penurunan keanekaragaman hayati yang berasal dari kegiatan manusia di antaranya perusakan habitat, penggunaan bahan kimia secara berlebihan, dan pencemaran lingkungan.

Kerusakan habitat merupakan faktor utama penyebab kepunahan makhluk hidup. Jika habitat suatu organisme rusak maka organisme itu tidak memiliki tempat hidup yang cocok. Kerusakan habitat yang disebabkan manusia antara lain penebanganhutan dan perusakan terumbu karang. Selain itu, perusakan habitat juga dapat terjadi karena pembukaan lahan baru tanpa melakukan penanaman kembali.

Adapun penggunaan bahan kimia secara berlebihan seperti pupuk dan pestisida juga dapat merusak keanekaragaman hayati yang ada. Bahan-bahan kimia tersebut akan menyebar ke lingkungan dan meracuni organisme di sekitarnya. Pada dasarnya, menggunakan bahan-bahan kimia tersebut tidak ada salahnya karena pada awalnya tujuan pengguanaan bahan kimia itu adalah untuk memberantas hama pada tanaman, namun jika digunakan secara berlebihan tentunya akan tetap merusak ekosistem yang ada.

Di samping itu, kegiatan manusia berupa pencemaran lingkungan juga dapat merusak keanekaragaman hayati yang ada. Bahan pencemar atau polutan dari limbah pabrik atau limbah rumah tangga dapat mencemari dan membunuh makhluk hidup penyusun keanekaragaman hayati. Selain itu, perubahan diperkirakan akan mempengaruhi penyebarab dan ketahanan makhluk hidup. Akumulasi pencemar seperti DDT, dioxin, dan lain-lain di dalam perairan telah mengakibakan kematian berbagai polusi mamalia laut.

Namun, belumlah terlambat bagi kita untuk memperbaiki semua kerusakan dan penurunan keanekaragaman hayati tersebut. Adapun beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk memprbaiki dan melestarikan keanekaragaman hayati tersebut seperti reboisasi, perlindungan terhadap ekosistem dan spesies, pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan, serta penegakan hukum dan kebijakan nasional dan internasional.

Reboisasi atau penghijuan dapat menigkatkan keanekaragaman hayati dengan cara menanam pohon-pohon baru di lingkungan yang kritis. Tindakan reboisasi ini tentunya harus diikuti perawatan tanaman supaya tujuan penghijauan dapat tercapai. Perlindungan terhadap proses-proses ekologis yang penting dalam sistem-sistem penyangga kehidupan. Hal ini dapat dilakukan dengan secara in situ dan juga ex situ. Pembiakan secara in situ artinya pengembangbiakkan makhluk hidup dengan tetap berada dalam habitat aslinya seperti mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon dan Taman Nasional Baluran. Sedangkan pembiakan secara ex situ artinya pengembangbiakan makhluk hidup di luar habitat alami atau aslinya tetapi di lingkungan yang dibuat mirip dengan aslinya seperti penangkaran harimau di kebun binatang.

Adapun penegakan hukum dan kebijakan nasional dan internasional ini sebenarnya tergantung kepada masing-masing wilayah.

DAFTAR RUJUKAN

Choesin,Devi.N.2004. BI-1001 Pengetahuan Lingkungan-Departemen Biologi ITB. Bandung: Penerbit ITB.

M.S, Sudjino dkk. 2004. Biologi Jilid 1a. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka.

http://www.wikipedia

3 comments: