Monday 31 January 2011

PERSEPSI UJARAN

Oleh

RETNO TRI PUTRA : 127 022

RONA AMELIA :127 024

PENDAHULUAN

الحمدلله رب العلمين والصلاة والسلام على نبينا الكريم محمد صلى الله عليه وسلم الذي قد أخرج الناس من الظلمات إلى النور وأرشدهم إلى الصراط المستقيم وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Swt,atas segala limpahan rahmatNya kepada kita bersama sehingganya kita bisa beraktifitas sehari-hari, dan dengan rahmat tersebut penulis bisa menyelesaikan makalah ini.

Dan shalawat berangkaikan salam senantiasa kita curahkan kepada nabi besar Muhammad Saw, yang telah bersusah payah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Kadangkala kita sering kali tidak memahami apa yang dituturkan oleh seseorang, bahkan kita salah kaprah tentang suatu ujaran yang diujarkan oleh seseorang. Dengan kata lain tidak sesuai pekerjaan yang kita laksanakan setelah mendengarkan perintah dari seseorang. Disini kita tidak bisa menyalahkan bahwa penuturnya yang tidak jelas,dan tidak bisa pula kita menyalahkan bahwa sipendengar yang salah mendengarkan. Karena persepsi seseorang terhadap suatu ujaran itu tidak sama.

Salah satu contoh yang sering kita dengarkan dari seseorang penutur, ”saya kesal pada bank itu”. Kemungkinan salah satu persepsi seseorang terhadap ungkapan bank ini memang bank tempat simpan pinjam uang, tapi kemungkinan persepsi dari sebagian orang bisa saja bank disini menurutnya bang ( abang ).

Kita sama-mengetahui bahwa setiap ujaran seseorang pasti dipengaruhi oleh alat ujarnya atau alat ucapnya. Disini muncul lagi pertanyaan apakah ujaran seseorang tersebut dipengaruhi oleh keadaan psikologinya?.

Untuk itu adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah agar para pembaca semua bisa memahami tentang:

a. Pengertian ujaran

b. Alat-alat dan bunyi ujaran

c. Proses persepsi ujaran

d. Ujaran sebagai realitas psikologi

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN UJARAN.

Ujaran adalah suara murni (tuturan), langsung, dari sosok yang berbicara.

Jadi ujaran itu adalah sesuatu baik berupa kata,kalimat,gagasan, yang keluar dari mulut manusia yang mempunyai arti. Dengan adanya ujaran ini maka akan muncullah makna sintaksis,semantik,dan pragmatik.[1]

B. ALAT-ALAT DAN BUNYI UJARAN.

Sumber dari bunyi adalah paru-paru. Paru-paru kita berkembang dan berkempis untuk menyedotkan dan mengeluarkan udara.Melalui saluran ditenggorokan, udara ini keluar melalui mulut atau hidung.Dalam perjalanan melewati mulut dan hidung ini ada kalanya udara itu dibendung oleh salah satu bagian dari mulut kita sebelum kemudian dilepaskan.Hasil bendungan udara inilah yang menghasilkan bunyi.

Alat-alat dan bunyi ujaran, adalah:

0.Bibir.

Bibir atas dan bibir bawah.kedua bibir ini dapat dirapatkan untuk membentuk bunyi yang dinamakan bilabial yang artinya dua bibir bertemu.

Contoh: bunyi P, B, dan M.

1.Gigi.

Untuk ujaran hanya gigi atas lah yang mempunyai peran.Gigi ini dapat berlekatan dengan bibir bawah untuk membentuk bunyi yang dinamakan dengan labiodental.

Contoh: untuk bunyi F dan V.

Gigi juga dapat berlekatan dengan ujung lidah untuk membentuk bunyi dental.contoh:Bunyi T dan D dalam bahasa indonesia.

2.Alveolar.

Menurut KBBI alveolar adalah rongga dalam rahang tempat akar gigi tertanam,daerah ini berada persis dibelakang pangkal gigi atas.Pada alveolar dapat ditempelkan ujung lidah untuk membentuk bunyi yang dinamakan bunyi alveolar.

Contoh: bunyi T dan D dalam bahasa ingris.

3.Palatal keras

Daerah ini ada di rongga atas mulut, persis dibelakang daerah alveolar.Pada daerah ini dapat ditempelkan bagian depan lidah untuk membentuk bunyi yang dinamakan alveopalatal.

Contoh: bunyi C dan J

4.Palatal lunak.

Bunyi yang dihasilkan dengan menempatkan bagian depan lidah didekat atau pada langit-langit,daerah ini dinamakan dengan velum, ada dibagian belakang rongga mulut atas. Pada palatal lunak dapat dilekatkan bagian belakang lidah untuk membentuk bunyi yang dinamakan velar.

Contoh: Bunyi K dan G.

5.Uvula.

Pada ujung rahang atas terdapat tulang lunak yang dinamakan uvula.uvula dapat digerakkan untuk menutup saluran ke hidung atau membukanya.Bila uvula tidak berlekatan dengan bagian atas laring maka bunyi udara keluar melalui hidung.Bunyi ini lah yang dinamakan dengan bunyi nasal.Jika uvula berlekatan dengan dinding laring maka udara disalurkan melalui mulut dan menghasilakan bunyi yang dinamakan dengan oral.

6.Lidah.

Pada rahang bawah , disamping bibir dan gigi, terdapat pula lidah.Lidah adalah bagian mulut yang fleksibel ia dapat digerakkan dengan lentur.

Lidah itu terdiri dari:

a. Ujung lidah, yaitu bagian yang paling depan dari lidah.

b. Mata lidah, yaitu berada persis dibelakang ujung lidah.

c. Depan lidah, yaitu bagian yang sedikit agak ketengah ttap masih tetap di depan.

d. Belakang ladah, yaitu bagian yang ada dibagian belakang dari lidah.

7.Pita suara.

Pita suara adalah sepasang selaput yang berada di jakun.Selaput ini dapat dirapatkan, dapat direnggangkan, dan dapat dibuka lebar.

8.Faring.

Adalah saluran udara menuju ke rongga mulut atau rongga hidung.

9.Rongga hidung.

Adalah rongga untuk bunyi-bunyi nasal, seperti M dan N.

10.Rongga mulut.

Adalah untuk bunyi-bunyi oral, seperti P, B, A, dan I.[2]

C. PROSES PERSEPSI UJARAN.

Persepsi terhadap ujaran bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh manusia karena ujaran merupakan Suatu aktivitas verbal yang meluncur tanpa ada batas waktu yang jelas antara satu kata dengan kata yang lain.Seperti: Bukan nangka, Buka nangka, Bukan angka.Meskipun ketiga ujara ini berbeda maknanya satu dari yang lain, dalam pengucapannya ketiga bentuk ujaran ini bisa sama (bukananka).

Namun demikian manusia tetap saja dapat mempersepsikan bunyi-bunyi bahasanya dengan baik.Tentu saja persepsi seperti ini dilakukan melalui tahap-tahap tertentu. Pada dasarnya ada tiga tahap dalam memprosesan persepsi bunyi (Clark:1977):

0. Tahap Auditori.

Pada tahap ini manusia menerima ujaran sepotong, ujaran ini kemudian ditanggapi dari segi fitur akustiknya.Konsep-konsep seperti titik artikulasi, cara artikulasi, fitur distingtif dan VOT sangat bermanfaat disini karena ihwal seperti inilah yang memisahkan satu bunyi dari bunyi yang lain.

1. Tahap fonetik.

Bunyi-bunyi ini kita identifikasi.Dalam proses mental kita, kita lihat misalnya apakah bunyi tersebut konsonan, vois, dan nasal.Begitu pula lingkungan bunyi itu: apakah bunyi tadi diikuti oleh vokal atau oleh konsonan.Kalau oleh vokal, vokal macam apa - vokal depan, vokal belakang, vokal tinggi, dan vokal rendah

2. Tahap Fonologis.

Pada tahap ini mental kita menerapkan aturan fonologis pada deretan bunyi yang kita dengar untuk menentukan apakah bunyi-bunyi tadi sudah mengikuti aturan fonotaktik yang ada pada bahasa kita.

contoh: Bunyi B, E, N, I dan S pasti akan dipersespsikan sebagai beng dan is, tidak ungkin be dan ngis (dalam bahasa inggris).[3]

D. UJARAN SEBAGAI REALITAS PSIKOLOGI

Otak memiliki kaitan erat dengan ujaran. Menurut Soenjono Dardjowidjojo, otak manusia dibagi menjadi dua bagian: bagian kanan (hemisfir kanan) dan bagian kiri (hemisfir kiri). Bentuk fisik kedua bagian sama, tetapi ada bagian-bagian fungsi yang berbeda. Pada waktu lahir, belum ada pembagian tugas yang ketat antara keduanya. Keduanya merupakan satu kesatuan yang plastis.

Menjelang usia puber, terjadi proses penyebelahan atau lateralisasi, yakni suatu proses saat keplastisan kedua bagian ini berkurang, dan terjadilah semacam penumpahan tugas pada hemisfir kiri. Pada hemisfir kiri telah ditemukan bagian-bagian yang berkaitan dengan bahasa.Broca mengemukakan bahwa hemisfir sebelah kiri berfungsi sebagai salah satu bagian yang mengontrol ujaran dan sekarang terkenal dengan nama daerah Broca.

Selanjutnya Broca mengatakan bahwa dasar ujaran tergantung pada empat faktor:

1. Sebuah ide.

2. Hubungan konvensional antara ide dan kata.

3. Suara penggandengan gerak artikulasi dengan kata.

4. Penggunaan alat-alat artikulasi (hasil bunyi dari proses gerakan alat ucap).

Berbeda dengan penemuan Broca, penemuan yang dilakukan oleh Wernicke berkaitan dengan hal-hal penanggapan indera. Dalam penemuannya itu ia menemukan bahwa bagian belakang di sebelah agak kanan otak itu bersarang tanggapan-tanggapan rasa (sensory impressions). Sel-sel ini sebenarnya bukan motoris atau sensori, tetapi lebih tergantung pada hubungan dengan korteks-korteks lain. Untuk selanjutnya, daerah Wernicke merupakan daerah pertama atau paling tidak salah satu daerah pertama, yang menangdapi rangsang indera.

Sehubungan dengan bagian dan fungsi otak, maka timbullah suatu hipotesis yang menghubungkan pertumbuhan biologis manusia dengan taraf-taraf penguasaan bahasa. Hipotesis ini dikenal dengan ‘Hipotesis Umur Kritis’. Pada dasarnya hipotesis ini mengatakan bahwa: 1) Penguasaan bahasa itu tumbuh sejajar dengan pertumbuhan biologis. Dan 2) Setelah masa puber, penguasaan bahasa secara natural sudah tidak bisa lagi.

Bambang Kaswanti Purwo mengatakan pada usia dua belas tahunan, sering ditemui bahwa anak sudah menguasai bahasa dengan sempurna. Namun, masih banyak kesalahan-kesalahan. Padahal usia mereka sudah berada di ambang pintu berakhirnya masa paling peka dan paling plastis di dalam proses pemerolehan bahasa (masa emas belajar bahasa).

Seperti yang sudah dipaparkan di atas, menurut hasil penelitian Lenneberg usia antara tiga dan sepuluh tahun adalah masa pewnyempurnaan kekurangan-kekurangan di dalam tata bahasa. Palermo dan Molfese mencatat bahwa usia antara lima dan tujuh tahun, serta antara dua belas dan empat belas tahun merupakan masa transisi di dalam perkembangan bahasa.[4]

PENUTUP

B. Kesimpulan

Dari uraian makalah diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa ujaran itu adalah suara murni (tuturan), langsung, dari sosok yang berbicara. Jadi ujaran itu adalah sesuatu baik berupa kata,kalimat,gagasan, yang keluar dari mulut manusia yang mempunyai arti

Ujaran tersebut dipengaruhi oleh alat ucap seseorang, dan setiap alat ucap tersebut bisa menghasilkan huruf-huruf atau bunyi-bunyi tertentu misalnya:

1. Bibir.

Bisa menghasilkan bunyi P, B, dan M.

2. Gigi.

Bisa menghasilkan bunyi F dan V, Bunyi T dan D dalam bahasa indonesia

3. Alveolar.

Bisa menghasilkan bunyi T dan D dalam bahasa ingris.

4. Palatal keras

Bisa menghasilkan bunyi C dan J

5. Palatal lunak.

Bisa menghasilkan Bunyi K dan G.

6. Uvula.

Adalah bagian yang terdapat pada rahang bagian atas yang berfungsi sebagai pengatur udara dalam kita berbicara. Kapan kita mengeluarkan udara kehidung,dan kapan mengeluarkan udara ke mulut. Misalnya : ع= kehidung, ح = kemulut, dan lain-lainnya.

7. Lidah.

a. Ujung lidah, yaitu bagian yang paling depan dari lidah.

b. Mata lidah, yaitu berada persis dibelakang ujung lidah.

c. Depan lidah, yaitu bagian yang sedikit agak ketengah ttap masih tetap di depan.

d. Belakang ladah, yaitu bagian yang ada dibagian belakang dari lidah.

8. Pita suara.

Pita suara adalah sepasang selaput yang berada di jakun.

9. Faring.

Adalah saluran udara menuju ke rongga mulut atau rongga hidung.

10. Rongga hidung.

Adalah rongga untuk bunyi-bunyi nasal, seperti M dan N.

11. Rongga mulut.

Adalah untuk bunyi-bunyi oral, seperti P, B, A, dan I.

B. Kritikan

Dari isi makalah ini mungkin ada kesalahan baik dari bentuk penyajiannya,penulisannya,bahkan isinya mungkin kurang memuaskan, kami minta kritikan kepada para pembaca semua agar bisa membangun untuk kebaikan kita semua kedepannya. Dan kami sebagai penulis mengakui dengan keterbatasan ilmu yang kami miliki.

C.Saran

Saran kami sebagai pemakalah muda-mudahan kita semua dapat mengerti terhadap apa-apa yang kami jelaskan dimakalah ini, tentang topik-topik yang kami utarakan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

http://svarajati.blogspot.com/2008/01/antara-ujaran-dan-teks.html.

Soenjono, dardjowijojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusi, Jakarta, 2003.h.32

http://sedayugresik.multiply.com/journal/item/58/Otak_dan_Ujaran


[2] Soenjono, dardjowijojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusi, Jakarta, 2003.h.32

[3] Ibid.,h.49

No comments:

Post a Comment