Monday 31 January 2011

BAHASA DAN NEUROLOGI MANUSIA

Oleh : Rona Amelia

BAHASA DAN NEUROLOGI MANUSIA

  1. Pendahuluan

Bahasa merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia.

Diantara kegiatan manusia itu adalah berbahasa, yakni kegiatan manusia dalam memproduksi dan meresepsi bahasa itu yang dimulai dari encode semantic dalam otak pembicara dan berujung kepada decode semantic dalam otak pendengar.

Dari penjelalasan diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan hasil dari buah pikir manusia yang dimulai dari encode semantic dalam otak pembicara danberujung pada decode semantic dalam otak pendengar.

Dari pembahasan ini, muncul pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bahasa dan neurology manusia yang harus pemakalah jawab, diantaranya :

  1. Bagaimana strukrtur otak manusia dan otak binatang
  2. Bagaimana kaitan otak dengan bahasa manusia
  3. Apa perbedaan otak laki-laki dengan otak wanita
  4. Apa sebab dan akibat dari gangguan wicara

  1. Pembahasan

  1. Otak Manusia dan Otak Binatang
  1. Otak Manusia

Otak adalah salah satu komponen dalam system susunan saraf manusia. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya dapat disebut manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenan dengan pendengaran, ujaran, pengontrolan alat ujaran dan sebagainya.[1]

Dari segi ukuran dan berat otak manusia adalah antara 1 sampai 1,5 kilogram. Untuk orang Barat,ini hanylah 2% dari berat badannya, sedangkanuntuk orang Indonesia mungkin kurang dari itu.[2]

Dengan kata lain dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwasanya ukuran otak manusia itu tergantung ukuran badan manusia itu sendiri .

Mengenai sistem saraf manusia, terdiri dari dua bagian utama :

ü Tulang punggung yang terdiridari sederetan tulang punggung yang bersambung-sambung ( spinal cord ).

ü Otak, otak terdiri dari dua bagian :

· Batang otak

Batang otak terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan mendulla, pons, otak tengah, dan cerebellum. Bagian ini berkaitan dengan fungsi fisikal tubuh, termasuk pernafasan, detak jantung, gerakan, refleks, pencernaan, dan pemunculan emosi.

· Korteks serebral

Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian yaitu hemisfir kiri dan hemisfir kanan.

Hemisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada disebelah kanan, termasuk muka bagian kanan dan sebaliknya.

Wujud fisik dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan hamper merupakan pantulan cermin, namun pada hemisfir kiri ada daerah yakni dearah wernicke yang lebih luas karena dalam kaitannya dengan bahasa yang paling banyak berperan adalah hemisfir kiri.

Hemisfir kiri terdiri dari empat daerah yang dinamakan lobe, Pada semua lobe terdapat apa yang di namakan dengan gurus dan sulkus. Girus adalah semacam gunduk atau bukut dengan lereng-lerengnya, sedangkan sulkus adala seperti lembah.

Salah satu girus ini adalah girus angular, girus ini mempunyai fungsi untuk menghubungkan apa yang kita lihat dengan apa yangkita pahami didaerah wernicke.

Adapun empat daerah lobe itu diantaranya :

v Lobe frontal ; yang bertugas mengurusi ihwal yang berkaitan dengan kognisi. Pada lobe ini juga terdapat suatu daerah yang kemudian dikenal sebagai daerah broca yaitu daerah yang berkaitandengan wicara. Didekat daerah broca yang ada jalur yang dinamakan korteks motor, yang bertugas mengendalikan alat-alat ujaran seperti lidah, rahang, bibir, gigi dan pita suara.

v Lobe temporal ; yang mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan pendengaran. Pada lobe temporal terdapat korteks pendengaran primer yang berfungsi untuk menanggapi bunyi yang didengar.

v Lobe osipital ; menangani ihwal penglihatan, pada lobe osipital juga terdapat korteks yang serupa yaitu korteks visual yang tugasnya menanggapi apa yang dilihat.

v Lobe parietal ; mengurusi rasa somaestetik yakni rasa yang ada pada tangan ,kaki , muka dsb.[3]

Dengan kata lain tulang punggung dan korteks serebral ini merupakan system saraf sentral untuk manusia. Segala ihwal yang dilakukan manusia baik yang berupa fisik maupun mental dikendalikan oleh sistem saraf ini.

  1. Otak Binatang

Dari sejarah pertumbuhan makhluk, evolusi otak pada manusia dan otak hewan itu berbeda, seperti ikan, tikus dan burung. Pada binatang atau hewan korteks serebralnya bisa dikatakan tidak tampak, padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia sehingga manusia dapat berbahasa sedangkan binatang tidak.

Sedangkan dalam soal pemakaian otak,sebagian besar otak manusia untuk proses mental, termasuk proses kebahasaan. Sedangkan binatang seperti simpanse lebih banyak memakai otaknya untuk kebutuhan-kebutuhan fisik.[4]

Mengenai perbedaan otak manusia dengan otak makhluk lain, seperti kera dan simpanse, bukan hanya terletak pada beratnya saja melainkan juga pada struktur dan fungsinya. Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya dapat disebut manusiawi, seperti bagian-bagian yang berkenan dengan pendengaran, ujaran, pengontrolan alat ujaran. Pada otak makhluk lain tidak ada bagian-bagian yang berkaitan dengan ujaran itu. Sebaliknya , pada otak makhluk lain banyak bagian yang berhubungan dengan insting, sedangkan otak manusia tidak banyak.[5]

Dengan kata lain perbuatan binatang lebih banyak dikendalikan oleh insting, sedangkan manusia tidak hanya dengan insting saja.

  1. Otak Dengan Bahasa Manusia

Berbicara tentang otak dan bahasa diantaranya aristoteles pada tahun 384-322 SM telah berbicara soal hati yang melakukan hal-hal yang kini kita ketahui dilakukan oleh otak.

Dari struktur serta organisasi otak manusia bahwa otak memegang peranan yang sangat penting dalam bahasa.

Apabila imput-imput yang masuk adalah dalam bentuk lisan maka bunyi akan ditanggapi dilobe temporal khususnya oleh korteks primer pendengar( disini imput tadi diolah ). Setelah diterima dicerna dan diolah maka bunyi-bunyi bahasa tadi dikirim kedaerah wernicke untuk diinterpretasikan dan didaerah inilah bunyi-bunyi tadi dipilah-pilah menjadi suku kata,frase,klausa dan akhirnya kalimat.

Bila imput yang masuk dalam bentuk tulisan, maka jalur pemerosesannya agak berbeda, masuknya tidak ditanggapi oleh korteks primer pendengaran, tetapi oleh korteks visual dilobe osipital. Masuk ini tidak langsung dikirim kedaerah wernicke,tetapi harus melewati girus angular yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah osipital. Setelah tahap ini imput tadi difahami oleh daerah wernicke untuk diiterpretasikan.[6]

  1. Otak Laki-Laki Dan Otak Wanita

Kalau kita perhatikan disetiap lembaga maka kita akan dapati mayoritas adalah wanita. Namun mengenai otak dengan jenis kelamin banyak yang berbeda pendapat.

Ada yang berpendapat ada prbedaan antara otak pria dan otak wanita dalam hal bentuknya yakni hemisfir kiri pada wanita lebih tebal dari pada hemisfir kanan. Keadaan seperti inilah keluasan bahasa didominasi oleh wanita. Akan tetapi Philip dkk menunjukan bahwa meskipun ada perbedaan dalam pemerosesan antara pria dan wanita namun perbedaan ini hanya mengarah pada pengaruh budaya pada genetic.

Mengenai otak pria dan otak wanita ini,ada kecendrungan yang lebih besar bagi wanita untuk dapat sembuh dari penyakit afasia dari pada pria. Begitu juga afasia lebi sering muncul pada pria dari pada wanita saat mereka kenak stroke.[7]

  1. Gangguan Wicara

Meskipun ukuran otak hanya maksimal 2% dari seluruh ukuran badan manusia, dia banyak sekali menyedot energi diantaranya 15% dari seluruh aliran darah dan 20% dari sumber metabolic tubuh. Apabila aliran darah pada otak tidak cukup atau ada penyempitan pembuluh darah maka akan terjadinya kerusakan pada otak atau yang biasa dinamakan dengan stroke.

Stroke mempunyai berbagai akibat karena adanya kotrol silang dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Apabila stroke terdapat pada hemisfir kiri maka akan menyebabkan gangguan pada belahan kanan dan sebaliknya.

Biasanya kerusakan pada hemisfir kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke disebut dengan afasia (aphasia).

Macam-macam afasia :

a. Afasia Broca

kerusakan yang terjadi pada daerah broca,karena daerah ini berdekatan dengan jalur korteks motor,sehingga alat-alat ujaran seperti bentuk mulut bisa terganggu,kadang-kadang mulut bisa bencong, dan menyebabkan gangguan pada perencanaan dan pengungkapan ujaran,sehingga kalimat yang yang diproduksi terpata-patah.

b. Afasia Wenicke

letak kerusakannya adalah pada daerah wernicke yakni bagian agak kebelakang dari lobe temporal, sehingga penderita afasia ini lancer dalam berbicara dan bentuk sintaksisnya juga cukup baik,hanya saja kalimat-kalimatnya sukar untuk dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok dengan maknanya dengan kata-kata lain sebelum dan sesudahnya.

Penderita afasia ini juga mengalami gangguan dalam komprehensi lisan,dia tidak mudah memaami apa yang kita katakana.

c. Afasia Anomic

kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe pariental atau pada batas antara lobe pariental dengan lobe temporal. Sehingga penderita ini tidak mampu mengaitkan konsep dan bunyi. Jadi bila pasien ini diminta untuk mengambil benda yang bernama gunting dia akan bisa melakukannya. Akan tetapi, kalau kepadanya di ditunjukan gunting,dia tidak dapat mengatakan nama benda itu.

d. Afasia Global

kerusakan yang terjadi tidak hanya satu daerah saja tetapi dibeberapa daerah yang lain, kerusakan bisa menyebar dari daerah broca melewati korteks motor menuju lobe pariental dan sampai kedaerah wenicke. Sehingga mengakibatkan gangguan fisikal dan verbal yang sangat besar. Dari segi fisik penderita bisa lumpuh disebelah kanan, mulut bisa moncong dan lidah bisa menjadi tidak cukup fleksibel, dari egi verbal dia bisa sukar memahami ujaran orang dan ujaran dia tidak mudah dimengerti oaring karena kata-kata yangtidak jelas.

e. Afasia Konduksi

kerusakan yang terjadi pada fiber-fiber yang ada pada fasikulus arkuat yang menghubungkan lobe frontal dan lobe temporal, sehingga penderita ini tidak dapat mengulangi kata yang diberikan padanya.[8]

]

  1. Penutup

  1. Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat kita tarik sebuah kesimpulan :

a. Perbedaan otak manusia dengan otak makhluk lain(binatang) dapat kita lihat pada struktur dan fungsinya, pada manusia ada bagian-bagian yang berkaitan dengan ujaran. Sebaliknya , pada otak makhluk lain banyak bagian yang berhubungan dengan insting, sedangkan otak manusia tidak banyak

b. Kaitan otak dengan bahasa manusia dapat kita ketahui melalui imput-imput yang masuk baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

c. Perbedaan otak laki-laki dengan otak wanita lebih identik pada pemerosesan antara pria dan wanita namun perbedaan ini hanya mengarah pada pengaruh budaya pada genetic.

d. Sebab dan akibat dari gangguan wicara biasanya adanya kerusaka pada hemisfir kiri. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke disebut dengan afasia (aphasia).

  1. Kritik dan Saran

Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan,baik dalam segi penulisan maupun dari segi isi serta referensi yang penulis temukan.

Untuk itu pemakalah mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang konstruksional dari pembaca, khususnya dari dosen pembimbing demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo Soenjono, Psikolinguistik ( yayasan obor indnesia anagota IKAPI ;Jakarta). 2003

Chaer abdul, psikolinguistik ( PT Rineka Cipta ; Jakarta ). 2003



[1] Chaer abdul, psikolinguistik ( PT Rineka Cipta ; Jakarta ). 2003. hal.116

[2] Dardjowidjojo Soenjono, Psikolinguistik ( yayasan obor indnesia anagota IKAPI ;Jakarta). 2003. hal.203

[3] Dardjowidjojo Soenjono, Psikolinguistik ( yayasan obor indnesia anagota IKAPI ;Jakarta). 2003. hal 203-

206

[4]Dardjowidjojo Soenjono, Psikolinguistik ( yayasan obor indnesia anagota IKAPI ;Jakarta). 2003. hal 208

[5] Chaer abdul, psikolinguistik ( PT Rineka Cipta ; Jakarta ). 2003. hal 116

[6] Dardjowidjojo Soenjono, Psikolinguistik ( yayasan obor indnesia anagota IKAPI ;Jakarta). 2003. hal 208- 211

[7] Dardjowidjojo Soenjono, Psikolinguistik ( yayasan obor indnesia anagota IKAPI ;Jakarta). 2003. hal 221

[8] Dardjowidjojo Soenjono, Psikolinguistik ( yayasan obor indnesia anagota IKAPI ;Jakarta). 2003. hal 214-216

No comments:

Post a Comment