Friday 14 January 2011

PERANG SALIB

DWI HILMA BEVI

SEJARAH PERADABAN ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antara dunia Timur dan Barat terus menerus didapati usaha saling mempengaruhi dan di dalam sejarah banyak ditemui peristiwa yang menjelaskan hal tersebut seperti Perang Salib. Perang Salib adalah merupakan satu sejarah yang tidak dapat dilupakan oleh agama-agama Samawi yang pernah hidup dan berkembang di dunia ini, sebab perang ini berjalan dalam waktu yang cukup lama, memakan korban yang cukup banyak, menghabiskan dana yang tidak terhitungkan, mendatangkan kerugian yang tak dapat dinilai dengan uang dan bahkan mengakibatkan dampak yang negatif dan destruktif bagi hubungan ummat beragama, namun demikian tak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya Perang Salib telah membawa perubahan peradaban yang signifikan khususnya bagi peradaban Barat yang nota bene beragama Kristen.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi pula sebuah invansi yang berasal dari bangsa Mongol. Invansi pasukan mongol berimbas pada perubahan sosial, moralitas dan politik terhadap negeri-negeri Islam. Invansi pasukan Mongol mengakibatkan dampak negatif dan positif bagi masyarakat Islam.

Berdasarkan kepada pentingnya kedua peristiwa ini dalam perkembangan Sejarah Peradaban Islam, maka pemakalah akan menjelaskan tentang Perang Salib dan Invansi Mongol tersebut.

B. Rumusan Masalah

1) Pengertian Perang Salib

2) Latar belakang Perang Salib

3) Periodesasi Perang Salib

4) Dampak Perang Salib terhadap dunia Islam dan dunia Barat

5) Invansi Mongol

6) Dampak Invansi Mongol

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perang Salib

1. Pengertian Perang Salib[1]

Perang Salib adalah sebuah perang sebagai reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam. Peristiwa ini terjadi pada masa Daulah Abbasiyah IV yang kekuasaannya dipengaruhi oleh Turki Saljuk (1055-1258). Perang ini dinamakan Perang Salib karena angkatan perang Kristen (Nasrani) Eropa memakai tanda salib di pakaiannya sebagai lambang dan berangkat atas restu Paus di Roma.

2. Latar Belakang Perang Salib[2]

Latar belakang dari perang Salib ini dapat dilihat dari 2 faktor, yaitu:

a. Faktor Keagamaan

1) Meluasnya anggapan dari kalangan Nasrani Eropa akan lenyapnya keleluasaan melakukan ziarah ke Baitul Maqdis dan makam Isa AS di Yerussalem.

2) Penghancuran Gereja Suci di Yerussalem yang merupakan tujuan dari para jama’ah Kristen di Eropa.

b. Faktor Politik

1) Adanya seruan Kaisar Michael VII kepada Paus Gregory VII di Roma untuk memerangi kaum muslimin yang telah merebut Byzantium dari mereka.

2) Permohonan dari Kaisar Alexius kepada Paus Urbanus II untuk merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai oleh Turki Saljuk.

3. Periodesasi Perang Salib

Pendapat mengenai periodesasi Perang Salib para sejarahwan saling berbeda dalam menetapkannya. Prof. Ahmad Syalabi membagi periodesasi Perang Salib atas tujuh periode[3], yaitu:

a. Perang Salib I (1097-1099)

Semangat Perang Salib melawan umat Islam mulai merata setelah Paus Urbanus II mengucapkan pidatonya pada tanggal 26 November 1095 di Clermont (Perancis Selatan). Pada saat itu, umat Nasrani Eropa mendapatkan suntikan semangat untuk merebut Baitul Maqdis dari genggaman umat Islam. Semangat ini semakin menggelora setelah Rahib Peter the Hermit melakukan propaganda ke beberapa wilayah. Setelah itu, umat Nasrani Eropa banyak yang tidak sabar dan mendesak Peter The Hermit untuk segera berangkat ke Yerussalem demi membebaskan kota tersebut dari genggaman umat Islam.

Tentara Perang Salib ini terdiri dari 30.000 orang di bawah pimpinan :

1) Godfrey dari Bourgandia

2) Duke dari Lotharingen

3) Roymond IV dari Tolouse

4) Bohemond dari Normandia

Rombongan tersebut berkumpul di Konstatinopel. Dari kota ini mereka berangkat ke wilayah Asia Kecil atas kehendak Alexius dan berhasil merebut beberapa kota dari tangan Islam seperti Nical, Doyleum, Edessa, dan Antiokia. Dengan demikian, jelaslah bahwa Perang Salib I ini dimenangkan oleh umat Nasrani Eropa yang memberikan beberapa keuntungan bagi mereka, yaitu:

1) Terbentuknya 3 negara kecil di Syria, Palestina yaitu:

a) Godfrey sebagai Raja Baitul Maqdis

b) Bohemond sebagai Raja Antiochea

c) Roymond sebagai penguasa di Tripoli

2) Kerajaan Byzantium telah memperoleh kembali wilayahnya di Asia Kecil.

3) Bahasa Perancis menjadi bahasa kerajaan Salib (Kerajaan Kristen) karena orang-orang Perancis lebih besar jumlahnya dalam angkatan Perang Salib I ini.

b. Perang Salib II (1147-1149)

Di tengah-tengah kemunduran umat Islam dan kemenangan pasukan Salib itu, lahirlah seorang pemimpin Islam yang bekerja keras untuk melawan pasukan Salib yaitu Imaduddin Zanki. Rakyat Damaskus, Aleppo, Hamimah, dan lain-lain meminta bantuannya untuk melawan Pasukan Salib. Imaduddin dapat berkuasa di Aleppo dan beberapa kota lainnya di Syam dan Edessa dapat ia rebut dari pasukan Salib pada tahun 1144. Imaduddin wafat tahun 1146 dan meninggalkan 2 orang putra yaitu Saifuddin dan Nurdin.

Mendengar kebangkitan Turki Saljuk ini, kaum Nasrani Eropa bangkit lagi untuk mengirim angkatan Perang Salib II. Idenya datang dari Paus Eugenius yang menunjuk Rahib Bernard Clairvaux sebagai propagandisnya. Pengaruh Bernard yang amat besar itu dapat mempengaruhi rakyat dan pembesar Eropa dalam waktu yang relatif pendek.

Angkatan Perang Salib II ini dipimpin oleh Raja Louis VII dari Perancis dan Raja Conrad III dari Jerman. Raja Conrad III dengan pasukannya tiba di Konstatinopel. Di sana ia mengerti bahwa Kaisar Manuel I bermuka dua karena mengirimkan laporan-laporan rahasia tentang pergerakan menuju wilayah Lycaonia kepada Nurdin. Sehingga di sana pasukan Amir Mas’ud I dapat menghancurkan mereka dan pasukan Kristen itu hanya tersisa 10% saja. Sebagian dari pasukan tersebut bersama Raja Conrad III melancarkan serangan yang juga didukung oleh Raja Louis VII dari Perancis untuk merebut Damaskus. Pertempuran in terjadi di Al-Muzzah dan pasukan Salib dapat dikalahkan oleh pasukan Nurdin dan Saifudin. Jadi, dalam Perang Salib II ini kemenangan berada di pihak kaum muslimin. Adapun hasil dari Perang Salib II ini adalah:

1) Persatuan umat Islam semakin kokoh

2) Prestise dan gengsi umat Islam menjadi naik di mata Nasrani Eropa

3) Kehadiran penziarah Eropa ke Baitul Maqdis mengecil.

c. Perang Salib III (1189-1192)

Pertempuran antara kaum muslimin dan kaum salibiyah setelah Perang Salib II hanya pertempuran-pertempuran kecil dan berakhir dengan perdamaian antara kedua belah pihak pada tahun 1180. Tetapi perdamaian ini dilanggar oleh pihak salibiya. Reginald of Challiton, penjaga Benteng Acre (Al Kark) sering melakukan perampokan terhadap khalifah umat Islam yang pergi naik haji. Oleh sebab itu, pada bulan Juli 1187 M, Shalahuddin melancarkan perang dengan hebatnya di Hitin. Dalam peperangan ini 10.000 pasukan salib tewas dan berturut-turut beberapa kota jatuh ke tangan Shalahuddin; Benteng Acre, Nablus, Ramlah, Kisariyah, Yafa, Bairut, dan pada bulan Oktober 1187 M Baitul Maqdis kembali ke pangkuan umat Islam.

Kekalahan kaum salibiyah di Hittin dan jatuhnya Baitul Maqdis ke tangan umat Islam membangkitkan semangat para raja dan bangsawan Eropa untuk menyusun kekuatan besar yang tersusun rapi dan berencana, lengkap dengan segala persiapannya. Pimpinan mereka adalah :

1) Frederick Barbosa yang merupakan Raja Jerman

2) Philip Augustus yang merupakan Raja Perancis

3) Richard the Lion Heart yang merupakan Raja Inggris

Frederick tidak dapat mengikuti penyerangan karena dia mati terbenam ketika menyeberangi sebuah sungai di Sicilia dan pasukannya pun pulang kembali. Sedangkan Richard dan Philip Augustus melakukan musyawarah terlebih dahulu dan kemudian memutuskan untuk berangkat pada tahun 1190.

Pasukan Perancis lebih dahulu tiba di Pesisir Palestina dan langsung membantu Raja Cuy de Lusignar yang sedang melakukan serangan untuk merebut kota Akka (Accon). Tetapi kota tersebut baru bisa dikuasai setelah Richard the Lion Heart datang membantu mereka. Namun, dengan kemenangannya itu Richard menampakkan keangkuhannya sehingga Philip Augustus pulang meninggalkan Akka. Kemudian Richard melanjutkan peperangan melawan Shalahuddin dan Richard memperoleh kemenangan di Arcuf. Pada tanggal 2 November 1192 terjadi perdamaian antara keduanya, yang isinya:

1) Baitul Maqdis tetap di tangan umat Islam tetapi umat Nasrani diberi kebebasan menziarahinya.

2) Pantai Syam dari Qur (Shur) sampai Yaffa berada dalam kekuasaan salibiyah.

3) Pertentangan agama harus dilenyapkan dan tanda-tanda salib yang dirampas harus dikembalikan.

4) Pasukan Islam yang ditawan akan dibebaskan dengan membayar 200.000 uang emas sebagai tebusan.

Setelah itu Richard pulang ke negerinya dan beberapa bulan kemudian Shalahuddin wafat (19 Februari 1193 M).

d. Perang Salib IV (1214-1221)

Setelah Shalahuddin wafat, wilayah kerajaannya terbagi atas 3 orang puteranya dan saudaranya. Antara mereka sering terjadi peperangan, hanya Saifuddin Al Adil yang berhasil meredakan perselisihan antara mereka. Al Adil memilih Mesir sebagai pusat pemerintahannya dan didukung oleh Al Qadhi Fadhil.

Tentara Salib berhasrat melakukan serangan terhadap Mesir karena beberapa sebab, yaitu:

1) Mesir lebih strategis secara politis daripada Baitul Maqdis.

2) Kerajaan Bani Ayyub setelah wafatnya Shalahuddin menjadi lemah dan berpecah belah.

Untuk itu disusunlah angkatan Perang Salib V di bawah pimpinan Jean de Brunne. Mereka dapat menguasai Dimyat lalu menuju Cain. Saat itu Al Adil wafat dan digantikan oleh Al Kamil (1219-138). Di Al Manshurah tentara salib bertemu dengan pasukan Al Kamil dan pasukan bala bantuan dari beberapa kerajaan Islam.

Di tengah-tengah berkecamuknya peperangan tentara Islam menjebol salah satu tanggul Sungai Nil sehingga membanjir dan menggenangi tentara salib. Tentara salib merasa ketakutan dan meminta damai kepada pasukan Islam. Setelah itu pulanglah mereka ke negerinya.

e. Perang Salib V (1228-1229)

Frederick II sebagai emperor Jermania dan raja Italia lama berjanji pada Paus Innocent III untuk melekukan Persng Salib, namun paus tidak merestuinya. Ia tetap melaksanakan niatnya itu dan pada tahun 1228 ia berangkat bersama 500 pasukan dan ia sendiri memakai gelar Raja Baitul Maqdis.

Sebagai politikus dan diplomat yang ulung, ia tidak memulai dengan peperangan tetapi dengan mengadakan perjanjian antara dia dan Sulthan Al Kamil, yang isinya:

1) Selama 10 tahun Baitul Maqdis diserahkan kepada Frederick dan hak-hak umat Islam di sana tetap dilindungi.

2) Frederick bersedia membantu Al Kamil, bilamana terjadi serangan dari luar.

3) Frederick tidak akan member bantuan kepada kaum salibiyah di Syam.

Perjanjian itu disepakati dan Frederick menjadi raja di Baitul Maqdis. Frederick brnasib sial, seba dimusuhi oleh kaum Nasrani di sana sehingga ia meninggalkan Baitul Maqdis.

Baitul Maqdis tetap di tangan umat Nasrani selama 14 tahun. Baru pada masa Al Malik as Shaleh najmuddin Ayyub, Baitul Maqdis kembali ke pangkuan umat Islam (1224 M). Selain itu, Al Malik as Shaleh dapa menguasai Damaskus dan Aqsalan.

f. Perang Salib VI

Louis IX seorang raja terkenal, taat beragama. Setelah mendengar Baitul Maqdis jatuh kembali ke pangkuan umat Islam, Louis IX menggerakkan orang-orang Perancis untuk membebaskan kembali Baitul Maqdis dari umat Islam. Louise IX dengan pasukannya memasuki Mesir dan dapat menguasai Dimyat.

Sementara itu, tentara Mesir bertahan di Mansurah. Dalam keadaan perang ini, Al Malik as Shaleh najmuddin Ayyub wafat. Sementara kematiannya dirahasiakan dan istrinya Syarah Tuddur mengatur dengan bijak segala urusan pemerintahan dan pertahanan.

Tiga bulan lamanya, baru putranya Al Malikul Asyraf Mushafaruddin Musa menggantikan kedudukan ayahnya. Di bawah pimpinannya, pertahanan pasukan Islam diperkuat sehingga dapat mendesak tentara Salib. Dimyat dikuasai kembali pasukan Islam, tentara Salib tewas 30.000 orang dan Louise IX menjadi tawanan perang. Louise IX baru dibebaskan setelah ia membayar uang tebusan yang amat mahal.

g. Perang Salib VII (1270)

Angkatan perang Salib VII ini digerakkan oleh Louise X. Latar belakangnya karena luka hatinya mendengar kakaknya, Louise IX, tertawan musuh, sedangkan pasukannya tewas porak-poranda. Louise X berangkat ke Mesir melalui Tunis.

Di Tunis ia ditimpa penyakit sampai ia mati. Maka hasrat hendak menebus malu tidak berhasil. Sejak itu habislah harapan kaum salibiyah untuk menguasai Baitul Maqdis kembali. Pada saat itu umat Islam juga dihadapkan pada malapetaka besar. Pengusiran umat Islam dari Andalusi dan hancurnya kota Baghdad akibat serangan tentara Mongol.

Sedangkan menurut Philip K. Hitti, Perang Salib terbagi atas tiga periode yaitu:[4]

a. Periode Penaklukan (1096-1144)

Jalinan kerjasama antara Kaisar Alexius I dan Paus Urbanus II berhasil membangkitan semangat umat Kristen, yang utama ketika pidato Paus Urbanus II pada Konsiliclerment tanggal 26 November 1095. Pidato ini bergema ke seluruh penjuru Eropa yang mengakibatkan seluruh negara Kristen mempersiapkan berbagai bantuan untuk mengadakan penyerbuan. Dan pada periode ini kemenangan berpihak kepada pasukan Salib dan telah mengubah peta dunia Islam dan situasi di kawasan itu.

b. Periode Reaksi Umat Islam (1144-1192)

Jatuhnya beberapa wilayah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib membangkitkan kesadaran kaum Muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi pasukan Salib yang dikomando oleh Imaduddin Zangi, Gubernur Mosul, yang setelah itu diganti dengan putranya Nuruddin Zangi. Kota-kota kecil dibebaskannya dari kaum Salib, antara lain: Damaskus, Antiokia, dan Mesir. Keberhasilan kaum Muslimin meraih banyak kemenangan terutama setelah munculnya Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis. Dan pada bulan Shafar 589/Februari 1193 Salahuddin al-Ayyubi wafat yang sebelumnya telah menyepakati suatu perjanjian dengan kaum Salib. Intinya adalah perjanjian damai yang mana daerah pedalaman akan menjadi milik kaum Muslimin dan umat Kristen yang akan ziarah ke Baitul Maqdis akan terjamin keamanannya.

c. Periode Perang Saudara (1192-1291)

4. Dampak Perang Salib terhadap Kebudayaan Islam[5]

a. Berdasarkan Faktor Sosial

1) Adanya pengaruh dalam siasat berperang dan taktik pengepungan

2) Lebih memantapkan dan mengokohkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan umat dalam membela dan mempertahankan eksistensi agama Islam.

b. Berdasarkan Faktor Ekonomi

1) Dunia Islam dapat mengimpor hasil-hasil pertanian seperti rempah-rempah, gula, dan lain-lain ke barat.

2) Jalur perdagangan dengan barat pun terbuka.

c. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan

1) Perhatian Eropa terhadap bahasa Arab menjadi lebih besar

2) Banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama masa perang salib.

5. Dampak Perang Salib terhadap Dunia Barat

a. Berdasarkan Faktor Sosial

1) Dunia barat menemukan teknik berperang yang belum pernah mereka temui sebelumnya di negerinya.

2) Secara kultural, pasukan Perang Salib di Timur menjumpai beberapa aspek yang menarik dari kehidupan Islam.

3) Sikap dan kepribadian umat Islam di Timur pada waktu itu telah memberikan pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa.

b. Berdasarkan Faktor Ekonomi

1) Menambah keuntungan Eropa di lapangan perniagaan dan perdagangan.

2) Pembentukan pasar Eropa baru untuk produk-produk agrikultur Timur.

3) Dunia barat menggunakan mata uang sebagai alat tukar barang, yang sebelumnya mereka menggunakan sistem barter.

c. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan

1) Ilmu astronomi berkembang pada abad ke-9 di dunia Islam telah pula mempengaruhi lahirnya berbagai observatorium di dunia Barat.

2) Aplikasi kompas

3) Mendirikan Universitas di Paris untuk mempelajari bahasa Timur pada abad XII M.

B. Invansi Mongol[6]

1. Kerajaan Mongol

Asal mula bangsa Mongol adalah dari masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol luar di sekitar danau Pegunungan Altani tepatnya di bagian barat laut Cina. Pemimpin bangsa Mongol disebut Khan. Khan bangsa Mongol yang pertama yang diketahui dalam sejarah adalah Yesugei (w. 1175). Ia adalah ayah Jengis. Jengis aslinya bernama Temujin, seorang pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang dimenangkannya melawan Ong Khan atau Togril, seorang kepala suku Kereyt. Jengis adalah gelar bagi Temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206, yang artinya maharaja diraja.

Perlu diketahui juga bahwa bangsa Mongol adalah bangsa pemberani dan tegar dalam berperang. Kerajaan Mongol didirikan oleh bangsa Tartar yang hidup di wilayah Mongolia. Susunan masyarakatnya bersuku-suku dan setiap suku mempunyai seorang pemimpin. Suku-suku yang ada di wilayah Mongol ini juga mempunyai satu perkumpulan dari suku-suku tersebut dan diberi nama Huraltai.

2. Peristiwa Invansi Mongol

a. Penyerbuan Jengis Khan

Jengis Khan melakukan penyerangan ke Daulah Khawarizmi pada tahun 1219 M. Penyebab dari penyerangan ini adalah:

1) Sulthan Alauddin Muhammad Khawarizmi Syah memasukkan daerah suku Qarahatun ke dalam kekuasaannya yang berbatasan langsung dengan wilayah kerajaan Jengis Khan.

2) Pembunuhan terhadap 150 orang pedagang Mongol di Kota Karakorum atas perintah Sulthan Alauddin.

Dalam pertempuran antara Jengis Khan dengan Sulthan Alauddin ini terjadi di perjalanan menuju Karakorum. Pertempuran itu terjadi dengan sangat dahsyat dan Jengis Khan dapat mendesak Alauddin. Sehingga akhirnya Jengis Khan dapat menguasai beberapa daerah.

b. Penyerbuan Hulagu Khan

Setelah menaklukkan beberapa daerah, Hulagu Khan menuju ke daerah selanjutnya yaitu Baghdad. Untuk menyerbu Baghdad ini Hulagu Khan punya siasat tersendiri. Siasatnya tersebut adalah dengan meminta bantuan kepada Khalifah Al Mu’tashim untuk membasmi kelompok Syiah Ismailiyah. Namun sebenarnya itu hanya alasan Hulagu Khan agar dapat memperlancar serangannya kea Baghdad

Setelah mengetahui maksud Hulagu Khan yang sebenarnya, awalnya Al Mu’tashim mengirimkan pasukan untuk menghadangnya namun ternyata dapat dikalahkan oleh Hulagu Khan dan pasukannya. Akhirnya, Al Mu’tashim mengutus wazirnya yaitu Muayyadin bin Alqami untuk meminta perdamaian. Namun ternyata Alqami berkhianat dan malah berpihak kepada Hulagu Khan. Dia pun mengirimkan laporan kepada Al Mu’tashim bahwa perdamaian telah terjadi dan keadaan telah aman.

Ketika Khalifah Al Mu’tashim beserta para petinggi lainnya berangkat keluar kota untuk menyambut Hulagu Khan, mereka justru diserang oleh Hulagu Khan beserta pasukannya. Mereka pun dibantai di sana.

c. Penyerbuan Timurlank

Timurlank mulai melakukan pergerakan pada tahun 1380 M. Dalam gerakan pertamanya ini, dia dapat menaklukkan Afganistan, Iran, dan Kurdistan. Pada tahun 1401, dia memasuki Syria utara dan dapat menduduki Allepo. Selanjutnay dia dapat menaklukkan Kota Komat, Homs, dan Damaskus. Kemudian pada tahun 1402 dia dapat menguasai Asia Kecildan pada tahun itu pula terjadi pertempuran dengan pasukan Bayazid (Turki Usmani).

Timurlank sangat terkenal dengan kekejamannya. Di antara kekejaman tersebut yaitu; dia memerintahkan pasukannya untuk membuat pyramid dari kepala-kepala manusia yang dibantainya di Tarkit )Kurdistan). Selain itu, dia juga mebuat “gunungan” yang terdiri dari 20.000 kepala manusia dan ini terjad di Allepo.

3. Dampak Invansi Mongol

a. Dampak Positif

1) Dijadikannya agama Islam sebagai agama resmi kerajaan pada masa Ghazan Khan (1295-1304).

2) Berkembangnya seni lukis dan seni ilustrasi manuskrip.

b. Dampak Negatif

1) Hancurnya kemegahan peradaban Islam

2) Hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyah yang di dalamnya terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan.

3) Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku.

4) Jatuhnya ketahanan moril dan materil umat Islam.

5) Membangun perasaan kaum muslimin terhadap pentingnya persatuan dan kesatuan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang terdapat dalam makalh ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Perang Salib adalah sebuah perang sebagai reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam.

2. Perang Salib dilatarbelakangi oleh faktor agama dan faktor politik..

3. Periodesasi Perang Salib menurut Prof. Ahmad Syalabi ada tujuh sedangkan menurut Philip K. Hitti ada tiga fase dari Perang Salib tersebut.

4. Perang Salib memberikan dampak kepada dunia Islam dan juga kepada dunia Barat.

5. Invansi Mongol terjadi dengan beberapa alasan yang berbeda namun tujuannya tetap untuk merebut wilayah dari tangan umat Islam.

6. Invansi Mongol juga memberikan dampak kepada dunia Islam dan dunia Barat.

B. Saran

Berdasarkan penjelasan yang terdapat dalam makalah ini, diharapkan kepada pembaca khususnya umat Islam agar:

1. Selalu menjaga persatuan dan kesatuan agar tidak mudah duhancurkan oleh bangsa atau agama lain.

2. Tidak mudah terprovokasi oleh bangsa luar.

3. Dapat saling bahu-membahu dalam mengembalikan kejayaan Islam seperti dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. Masyhur. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia Spirit Foundation.

Hitti, Philip.K. Dunia Arab. Bandung: Sumur Bandung

Lapidus, M. Ira. 1999. Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada



[1] Philip. K.Hitti. Dunia Arab. Bandung: Smur Bandung (hal.209)

[2] M. Masyhur Amin. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia Spirit Foundation (hal.151-152)

[3] Ibid (hal. 152-163)

[4] Opcit (hal. 212-220)

[5] Opcit (hal.222-225)

[6] M. Masyhur Amin. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia Spirit Foundation (hal. 167-179)

No comments:

Post a Comment