DWI HILMA BEFI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan ini manusia tidak mungkin lepas dari memilih. Memilih salah satu alternatif dari beberapa buah alternatif itu dapat kita temukan hampir di semua bidang kehidupan kita. Manusia telah diberikan akal dan hati nurani yang dapat digunakan untuk mengambil atau memilih salah satu alternatif tersebut.
Salah satu bidang kehidupan yang sangat perlu dan berkaitan dengan pemilihan alternatif ini adalah dalam bidang pendidikan yang lebih dikenal dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam dunia pendidikan dilakukan oleh yang berkompeten di dalam pendidikan itu sendiri seperti seorang kepala sekolah. Oleh karena pentingnya fungsi dan peranan pengambilan keputsan ini dalam peningkatan mutu pendidikan, maka makalah ini akan menjelaskan mengenai pengambilan keputusan dan beberapa hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini akan menjelaskan tentang:
1. Pengertian keputusan dan pengambilan keputusan
2. Fungsi dan tujuan pengambilan keputusan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
4. Model-model pengambilan keputusan
5. Jenis-jenis pengambilan keputusan
6. Langkah-langkah pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keputusan[1]
Keputusan dapat berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula (Ralph C. Davis, 1999:53). Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut dengan menjatuhkan pilihan pada satu alternatif (Prajudi Atmosudirjo, 2002:9).
Keputusan adalah pemilihan di antara alternatif-alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu (1) Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan; (2) Ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; (3) Ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekat pada tujuan tersebut (James A.F. Stoner, 1999:132).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Suatu keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungan dengan perencanaan.
B. Pengertian Pengambilan Keputusan[2]
Secara etimologis kata “decide” berasal dari bahasa Latin prefik “de” yang berarti “off” dan kata “caedo” yang berarti “to cut”. Hal ini berarti proses kognitif “cut off” sebagai tindakan memilih di antara beberapa alternatif yang mungkin. Menurut Max (1972) “Decision making is commonly defined as choosing from among alternatives” (Pengambilan keputusan merupakan pemilihan dari beberapa alternatif).
Sedangkan Shull (1970:67) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses kesadaran manusia terhadap fenomena individual maupun sosial berdasarkan kejadian factual dan nilai pemikiran, yang mencakup aktivitas perilaku pemilihan satu atau beberapa alternatif sebagai jalan keluar untuk memecahkan maslah yang dihadapi.
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada (George R.Terry dalam Iqbal Hasan, 2002:9).
Jadi, pengambilan keputusan yaitu perumusan beberapa alternatif tindakan dalam menggarap situasi yang dihadapi serta menetapkan pilihan yang tepat antara tujuan para pengambil keputusan.
Adapun prinsip-prinsip dari pengambilan keputusan[3] ini adalah:
1. Harus dapat dibedakan dengan jelas antara pengambilan keputusan dengan pemecahan masalah.
2. Pengambilan keputusan harus selalu dilihat dalam kaitannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.
3. Sebab pengambilan keputusan sering mengandung faktor menerka maka selalu diperlukan dat penunjang dan analisa yang komprehensif dalam mengambil suatu keputusan.
4. Pimpinan bukan saja dapat dan mau mengambil keputusan tetapi juga bertanggung jawab atas segala tindakan keputusan itu.
C. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan[4]
1. Fungsi Pengambil Keputusan
Fungsi dari pengambilan keputusan ini adalah:
a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas menusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun secara organisasional.
b. Sesuatu yang bersifat futuristik, yaitu bersangkutpaut dengan hari depan, masa yang akan datang dimana efeknya atau pengarahnya berlangsung cukup lama.
2. Tujuan Pengambilan Keputusan
Tujuan dari pengambilan keputusan ini adalah:
a. Tujuan yang bersifat tunggal, terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalh. Artinya, sekali diputuskan tidak aka nada kaitannya dengan masalah lain.
b. Tujuan yang bersifat ganda, terjadi apabila keputusan yang diambil sekaligus memecahkan dua masalh atau lebih yang bersifat kontradiktif atau yang tidak kontradiktif.
Menurut Ibnu Syamsi (1995:13), unsur-unsur dalam pengambilan keputusan yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1) Tujuan dari pengambilan keputusan, yaitu mengetahui terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai dari penambilan keputusan tersebut.
2) Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.
3) Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia.
4) Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan menurut George R.Terry dalam Iqbal Hasan (2002:16) didasarkan kepda 5 hal[5], yaitu:
1) Intuisi
Kebaikan dari hal ini adalah:
a) Waktu untuk mengambil keputusan relative pendek.
b) Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan keputusan pada umumnya.
c) Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat berperan dan perlu dimanfaatkan dengan baik.
Sedangkan kelemahannya adalah:
a) Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
b) Sulit mencari alat pembandingnya sehingga sulit diukur kebenaran dan keabsahannya.
c) Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2) Pengalaman
Pengambilan keputusan melalui pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman, seseorang dapat menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja sudah menemukan cara penyelesaiannya.
3) Fakta
Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebuh tinggi sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik.
4) Wewenang
Kelebihan dari wewenang ini adalah:
a) Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah penerima tersebut menerima secara sukarela ataukah secara terpaksa.
b) Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.
c) Memilki otensitas.
Sedangkan kelemahannya adalah:
a) Dapat menimbulkan sifat rutinitas.
b) Mengasosiakan dengan praktik dictatorial.
c) Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan dapat menimbulkan kekaburan.
5) Rasional
Pada pengambilan keputusan dengan cara rasional, terdapat beberapa hal sebagai berikut:
a) Kejelasan masalah, tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
b) Orientasi tujuan dan kesatuan pengertian tujuanyang ingin dicapai.
c) Pengetahuan alternatif, seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya. Prefernsi yang jelas, alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
d) Hasil maksimal yang mana pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang maksimal.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan[6]
1. Posisi atau Kedudukan
Posisi atau kedudukan dapat dilihat dalam hal:
a. Letak Posisi
Hal ini meliputi:
1) Pembuat keputusan (decision maker)
2) Penetu keputusan (staff)
b. Tingkatan Posisi
2. Masalah
Masalah adalah apa yang menjadi penghalang untuk tercapainya tujuan. Hal ini meliputi:
a. Masalah terstruktur (well structured problems)
b. Masalah tidak terstruktur (will structured problems)
3. Situasi
Keseluruhan faktor dalam keadaan yang berkaitan satu sama lain dan yang secara bersama-sama memancarkan pengaruh terhadap kita beserta apa yang hendak kita perbuat. Fakto-faktor itu dibedakan atas:
a. Faktor-faktor yang konstan yaitu faktor-faktor yang sifatnya tidak berubah-ubah atau tetap keadaannya.
b. Faktor-faktor yang tidak konstan yaitu faktor-faktor yang sifatnya selau berubah-ubah atau tidak tetap keadaannya.
4. Kondisi
Kondisi yaitu keseluruhan faktor yang secara bersama-sama menentukan daya gerak, daya berbuat atau kemampuan kita.
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai pada umumnya telah ditentukan. Tujuan yang telah ditentukan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan antara atau objektif.
Sedangkan menurut George R.Terry, faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan meliputi hal-hal berikut:
1. Hal-hal yang berwujud dan tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional.
2. Tujuan organisasi
3. Orientasi
4. Alternatif-alternatif tandingan
5. Tindakan
6. Waktu
7. Kepraktisan
8. Pelembagaan
9. Kegiatan berikutnya
Sedangkan menurut Azhar Kasim (1995:17), faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan meliputi hal-hal berikut:
1. Pria dan wanita
2. Peranan pengambil keputusan
3. Keterbatasan kemampuan
E. Model-Model Pengambilan Keputusan[7]
Model-model pengambilan keputusan yang dapat diadopsi oleh lembaga pendidikan, yaitu:
1. Rational Model
Model ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau konfliksitas sasaran maupun tingkat ketidakpastian teknis rendah. Pilihan dipermudah oleh kinerja program dan standar operasional yang disusun menurut aturan keputusan serta rutinitas yang telah dipelajari sebuah organisasi atau lembaga pendidikan.
2. Political Model
Ketika tujuan diperebutkan oleh berbagai kelompok kepentingan dan kepastian teknis tinggi dalam kelompok, keputusan dari tindakan merupakan hasil tawar-menawar antara pemain yang mengejar kepentingan mereka dan manipulasi instrument pengaruh yang tersedia.
3. Anarchy Model
Model ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau konfliksitas sasaran maupun tingkat ketidakpastian teknis tinggi. Keputusan terjadi melalui peluang dan waktu ketika ada masalah, partisipan, dan pilihan tepat serta solusi dilekatkan terhadap persoalan dan persoalan dipilih oleh partisipan yang memiliki waktu dan energy untuk melakukan hal tersebut.
4. Process Model
Model ini dipergunakan jika tingkat ambiguitas atau konfliksitas sasaran rendah sedangkan ketidakpastian teknisnya tinggi. Ketika tujuan atau sasaran bersifat strategis dan jelas tetapi metode teknis untuk mencapainya tidak pasti, pengambilan keputusan menjadi proses dinamis yang ditandai dengan banyak interupsi dan iterasi.
F. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan[8]
1. Keputusan berdasarkan Tingkat Kepentingan
Pada umumnya sebuah lembaga termasuk lembaga pendidikan memilki hierarki manajemen. Secara klasik, hierarki ini terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:
a. Manajemen Puncak
Manajemen puncak yaitu yang berkaitan dengan perencanaan yang bersifat strategis.
b. Manajemen Menengah
Manajemen menengah ini menangani masalah pengawasan dan kegiatan lebih banyak bersifat administrasi.
c. Manajemen Tingkat Bawah
Manajemen ini juga disebut sebagai menajemen operasional yaitu yang berkaitan dengan kegiatan operasi sehari-hari.
2. Keputusan berdasarkan Regularitas
Pembagian berdasarkan regularitas ini dikemukakan oleh Simon (1995) yang terbagi atas:
a. Pengambilan Keputusan Terprogram
Pengambilan keputusan terprogram ini bersifat rutinitas dan berulang-ulang dengan cara penanggulangan yang telah ditentukan untuk penyelesaian masalah melalui:
1) Prosedur
Prosedur merupakan serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan dan harus diikuti oleh pengambil keputusan.
2) Aturan
Aturan merupakan ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh pengambil keputusan.
3) Kebijakan
Kebijakan merupakan pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan.
b. Pengambilan Keputusan Tidak Terprogram
Pengambilan keputusan ini bersifat tidak rutinitas dan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang tidak berstruktur.
3. Keputusan berdasarkan Lingkungan
a. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Lingkungan
1) Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi jawaban atau hasil.
2) Keputusan yang akan diambil didukung oleh informasi atau data yang lengkap sehingga hasil dari setiap tindakan yang dilakukan dapat diramalkan secara akurat.
3) Pengambilan keputusan harus mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
4) Pengambilan keputusan dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah rutin karena kejadian tertentu di masa yang akan datang dapat dipastiakan terjadi.
5) Pengambilan keputusan dap ditemui dalam kasus dam model yang bersifat deterministik.
6) Teknik penyelesaian atau pemecahannya biasanya menggunakan program linier, model transportasi, model penugasn, model inventori, model antrean, dan model network.
b. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Beresiko
1) Alternatif yang diambil atau diplih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasilnya.
2) Pengambilan keputusan mewakili lebih dari satu alternatif tindakan.
3) Adanya asumsi bahwa pengambil keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil.
4) Risiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti walaupun nilai probabilitasnya diketahui.
5) Teknik pemecahannya menggunakan konsep probabilitas
c. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Tidak Pasti
1) Tidak diketahui sama sekali kondisi yang mungkin timbul serta kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tersebut.
2) Penagmbilan keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya berbagai kondisi atau hasil yang keluar.
3) Yang diketahui hanyalah keungkinan hasil dari suatu tindakan, tetapi tidak dapt diprediksi berapa besar probabilitas setiap hasil tersebut.
4) Pengambilan keputusan tidak mempunyai pengetahuan dan informasi lengkap mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tersebut.
5) Hal yang akan diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.
6) Tingkat ketidakpastian keputusan semacam ini dapat dikurangi dengan cara mencari informasi yang lebih banyak melalui riset atau penelitian dan penggunaan probabilitas subjektif.
7) Teknik pemecahannya adalah menggunakan beberapa metode (kriteria) yaitu metode minimax regret, metode realism, dan dibantu dengan tabel hasil.
d. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Konflik
1) Kepentingan dua atau lebih pengambilan keputusan saling bertentangan dalam situasi persaingan.
2) Pengambilan keputusan saling bersaing dengan pengambilan keputusan lainnya yang rasional, tanggap, dan bertujuan untuk memenangkan persaingan.
3) Pengambil keputusan bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan.
4) Teknik pemecahannya menggunakan teori permainan.
G. Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan
Menurut Herbert A. Simon[9], pengambilan keputusan meliputi hal-hal berikut :
1. Inteligensi (Intelligence)
Inteligensi ini menyelidiki lingkungan bagi kondisi dalan mengambil keputusan, data mentah diperoleh, diproses, dan diperiksa untuk pertunjukan yang dapat mengidentifikasi masalah-masalah.
2. Rancangan (Design)
Dalam rancangan atau design ini meliputi menemukan, mengembangkan, dan menganalisis kegiatan yang mungkin dilakukan. Hal ini mencakup proses memahami masalah, membangkitkan cara pemecahan, dan menguji pemecahan untuk mengetahui kemungkinan dilaksanakan.
3. Implementasi (Implementation)
Implementasi adalah pelaksanaan tindakan setelah memperoleh pilihan atas berbagai alternatif kegiatan yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut Wenrich (1974), langkah dalam pengambilan keputusan ini ada lima[10], yaitu:
1. Identifikasi dan Analisis Masalah
Salah satu cara yang paling efektif dalam identifikasi dan analisis masalh adalah menembangkan sistem majemuk dari umpan balik dan manajemen informasi yang dapat dibandingkan dan dikontraskan. Untuk menangani sistem majemuk ini sangat diperlukan sejumlah orang atau kelompok kerja yang akan dapat menangani masalah yang sama. Dengan demikian, akan terkumpulah banyak informasi atau data yang merupakan inti dari proses pemecahan masalah.
2. Penelitian sebagai Alternatif untuk Memecahkan Masalah
Di dalam melakukan pemilihan terhadap alternatif pemecahan masalah, cara yang paling untuk mencoba mendapatkan adalah dengan melihat dari sebanyak mungkin sumber, terutama dari pengambilan keputusan yang akan dibuat.
3. Mengadakan Antisipasi Akibat Pemilihan Alternatif
Mengadakan antisipasi akibat pemilihan alternatif ini barangkali merupakan aspek yang paling menyulitkan dalam proses pemecahan masalah dan hal ini disebabkan karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Akibat dari pengambilan keputusan tersebut ada yang sudah dirancang tetapi ada juga yang tidak dapat diketahui sebelumnya.
4. Pemilihan dan Implementasi Alternatif
Setelah mengadakan antispasi terhadap pengambilan alternatif-alternatif tersebut maka selanjutnya yang perlu dipertimbangkan adalah alternate-alternatif itu sendiri. Apabila orang yang menentukan alternatif atau pilihan itu tidak sendirian dan jumlah alternatif yang diajukan cukup banyak, maka harus diadakan penentuan berdasarkan tujuan yan mendasar dan skala prioritas dari lembaga itu sendiri. Jika satu alternatif sudah dipilih, maka sebaiknya segera dilaksanakan.
5. Mengadakan kaji ulang tentang akibat yang nyata setelah dilakukan hasil pengambilan keputusan.
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan menurut M.Gene Newport[11] adalah:
1. Penentuan Tujuan
Pemimpin berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai dalam pengambilan keputusan. Tujuan tersebut menjadi tolok ukur dalam memilih alternatif pilihan.
2. Pembatasan Masalah
Sebelum membuat keputusan, harus ditegaskan secara akurat apa permasalahan pokok yang dihadapi. Kemampuan merumuskan masalah secara tepat merupakan faktor utama dalam menetapkan suatu keputusan.
3. Menentukan Alternatif Pemecahan
Apabila perumusan masalah pokok sudah terlaksana, maka dicari berbagai alternatif pemecahan masalah. Pimpinan sebaiknya berpikir dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan pemecahan.
4. Memilih Alternatif yang Terbaik
Melalui pemilihan dari pertimbangan yang rasional, maka pimpinan menentukan pilhan dari berbagai kemungkinan. Pilihan itu harus ada alasan atau perhitungan yang rasional dan inilah yang menjadi inti pengambilan keputusan yaitu memilih alternatif.
5. Implementasi
Setelah diambil atau dipilih sebuah alternatif, maka selanjutnya adalah penerapan dari alternatif tersebut.
6. Tindak Lanjut
Monitoring adalah suatu proses belajar dimana pimpinan merefleksikan setelah tindakan yang telah dilaksanakan apakah terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
H. Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan
Salah satu fungsi yang sangat penting dalam kepemimpinan adalah pengambilan keputusan. Seorang pimpinan sebagian besar waktu perhatian, maupun pikirannya dipergunakan untuk mengkaji proses pengambilan keputusan. Semakin tinggi posisi seseorang dalam kepemimpinan organisasi maka pengambilan keputusan menjadi tugas utama yang harus dilaksanakan.
Pengambilan keputusan yang dlakukan oleh kepala sekolah sebagai pimpinan akan berpengaruh besar tehadap kelangsungan organisasi sekolah. Di samping itu, perilaku dan cara kepala sekolah sebagai pimpinan dalam pola pengambilan keputusan sangat mempengaruhi perilaku dan sikap dari pengikutnya.
Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memilih alternatif-alternatif keputusan yang tepat sehingga tujuan organisasi sekolah untuk meningkatkan kinerja penididkanya dapat tercapai secara optimal. Adapun unsur-unsur pengambilan keputusan yang dapat dipergunakan oleh kepala sekolah terlebih dahulu harus dapat mengkaji dan mempertimbangkan mengenai tujuan pengambilan keputusan, identifikasi masalah, faktor-faktor intra maupun ekstra sekolah, serta sarana-sarana pengambilan keputusan.
Pada prinsipnya, seorang pimpinan lembaga pendidikan seperti kepala sekolah selalu mencari perilaku yang rasional dalam bertindak. Namun, karena pimpinan tersebut memilih keterbatasan dalam kapasitas kognitifnya, informasi, dan nilai-nilainya, harus dicari informasi terhadap alternatif yang mungkin diambil serta konsekuensi yang menyertai setiap alternatif. Alternatif yang telah diambil kemudian dievaluasi agar hasil yang telah dicapai berdasarkan pilihan atau tujuan dapat diketahui. Proses ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam mencapai pilihan alternatif yang rasional.
Maka, kinerja yang efektif dari aktivitas sebuah lembaga pendidikan ditentukan oleh mutu dalam pengmabilan keputusan karena pengambilan keputusan adalah bagian integral dari peranan pimpinan lembaga pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapi dengan tegas. Suatu keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungan dengan perencanaan.
2. Pengambilan keputusan yaitu perumusan beberapa alternatif tindakan dalam menggarap situasi yang dihadapi serta menetapkan pilihan yang tepat antara tujuan para pengambil keputusan.
3. Pengambilan dilakukan atas dasar fungsi dan tujuan yang telah ditentukan sebelum pengambilan keputusan tersebut dilakukan.
4. Ada beberapa model dalam pengambilan keputusan yaitu rational model, political model, anarchy model, dan process model.
5. Jenis-jenis pengambilan keputusan dapat dibedakan atas tingkat kepentingannya, regularitasnya, dan lingkungannya.
6. Inti dalam langkah-langkah pengambilan keputusan itu adalah mengidentifikasi masalah, menganalisis alternatif yang ada, pemilihan alternatif yang terbaik, dan implementasi dari alternatif tersebut.
7. Dalam kepemimpinan seorang kepala sekolah, dia harus mampu memilih alternatif-alternatif keputusan yang tepat sehingga tujuan organisasi sekolah untuk meningkatkan kinerja penididkanya dapat tercapai secara optimal.
B. Saran
Berdasarkan penjelasan dalam makalah ini, maka disarankan kepada pembaca:
1. Agar dapat memahami tentang keputusan dan pengambilan keputusan tersebut.
2. Agar dapat mengetahui berbagai faktor dalam pengambilan keputusan itu.
3. Agar mampu menerapkan berbagai langkah-langkah dalam pengambilan sebuah keputusan.
4. Agar dapat mengaplikasikan pengambilan keputusan itu dalam rangka pencapaian tujuan organisasi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi dan Administrasi Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rodiaty, Ety dkk. 2008. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sahertian, Piet. 1994. Dimensi Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
[1] Ety Rodiaty,dkk.2008.Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. PT.Bumi Aksara (hal.152)
[2] Ibid. hal.151
[3] Piet Sahertian.1994.Dimensi Administrasi Pendidikan.Usaha Nasional (hal.277)
[4] Opcit. hal 152-153
[5]Ety Rodiaty,dkk.2008.Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. PT.Bumi Aksara (hal.153-154)
[6] Ibid. hal.154-157
[7] Ibid. 158-159
[8] Ibid. hal.160-163
[9] ibid. Hal.165
[10] Suharsmi Arikunto.1993.Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. PT RajaGrafindo Persada (hal. 224-228)
[11] Piet Sahertian.1994.Dimensi Administrasi Pendidikan.Usaha Nasional (hal.278-279)
No comments:
Post a Comment