Monday 31 January 2011

PEMEROLEHAN BAHASA (SINTAKSIS)

Oleh : Rona Amelia

PENDAHULUAN

Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorangkanakkanakmempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya.

Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167). Hal ini perlu ditekankan, karena pemerolehan memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran.

adapun pembahasan yang akan penulis paparkan adalah:

1) Pengertian dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa

2) Pemerolehan Sintaksis

3) Cara pemerolehan Bahasa

4) Bahasa Ibu vs Bahasa Sang Ibu

5) Komprehensi dan Produksi Ujaran

PEMBAHASAN

PEMEROLEHAN BAHASA (SINTAKSIS)

1. Pengertian dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa

Istilah "pemerolehan" merupakan padanan kata acquisition yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya. Istilah ini juga berbeda dengan pembelajaran (learning) dalam pengertian, proses ini dilakukan dengan tatanan formal, belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian maka proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang yang belajar di kelas adalah pembelajaran.[1]

Pemerolehan bahasa pada anak bersifat alamiah atau didasarkan pada nature atau dengan kata lain manusia telah diciptakan menjadi makhluk berbahasa, karena mereka telah dilengkapi dengan segala sesuatu (otak, alat ucap, dst) (Soemarsono, 2004: 72). Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun.

Peralihan dari satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabungan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata tersebut memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda.

Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun, yang mencapai puncaknya pada akhir usia 3 tahun. Tahap perkembangan sintaksis secara singkat terbagi dalam:

  1. Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun
  2. Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun
  3. Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun
  4. Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun.

Lewat usia 3 tahun anak mulai menanyakan hal-hal yang abstrak dengan kata tanya “mengapa”, ”kapan”. Pemakaian kalimat kompleks dimulai setelah anak menguasai kalimat empat kata sekitar usia 4 tahun.[2]

Minat terhadap bagaimana anak memperoleh bahasa sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Konon raja Mesir pada abad 7 sebelum Masehi, psammetichus I menyuruh bawahannya untuk mengisolasi dua dari anaknya untuk mengetahui bahasa apa yang akan dikuasai anak-anak itu. Sebagai raja Mesir dia mengharapkan bahasa yang keluar dari anak-anak itu adalah bahasa Arab, meskipun akhirnya dia kecewa.

Ingram (1989) membagi perkembangan tentang pemerolehan bahasa menjadi tiga tahap:

· Periode buku harian (1876- 1926)

Pada masa ini kajian pemerolehan bahasa anak dilakukan dengan peneliti mencatat apapun yang diujarkan oleh anak dalam suatu buku harian. Data dalam buku harian itu dianalisis untuk disimpulkan hasil-hasilnya. Tulisan H. Taine pada tahun 1876 yang dalam bahasa Inggrisnya berjudul "On the Acquisition of Language by Children" adalah tulisan pertama mengenai pemerolehan bahasa anak.

· Periode sampel besar (1926-1957)

Periode ini berkaitan dengan munculnya aliran baru dalam ilmu jiwa yang bernama behaviorisme yang menekankan peran lingkungan dan pemerolehan pengetahuan termasuk pengetahuan bahasa.

· Periode kajian longitudional

Menurut Ingram, dimulai dengan munculnya buku Chomsky Syntactic Structures (1957) yang merupakan titik awal dari tumbuhnya aliran mentalisme atau nativisme pada ilmu Linguistik. Aliran yang berlawanan dengan behaviorisme ini menandaskan adanya bekal kodrati yang dibawa pada waktu anak dilahirkan. Bekal kodrati inilah yang membuat anak di mana pun juga memakai strategi yang sama dalam memperoleh bahasanya.[3]

2. Pemerolehan Sintaksis

Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa pemerolehan sintaksis dimulai ketika kanak-kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih (lebih kurang ketika berusia 2:0 tahun). Oleh karena itu, ada baiknya diikutsertakan dalam satu teori pemerolehan sistaksis.

Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata, kata ini sebenarnya kalimat penuh tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil ujaran satu kata (USK) dari kalimat itu contohnya anak yang mengatakan bi untuk kata mobil bisa bermaksud untuk mengatakan:

  1. Ma, itu mobil

b. Ma, ayo kita ke mobil

Sedangkan ujaran untuk dua kata (UDK) adalah kata yang di ujarkan echa pada waktu dia berumur 1;8 (Dardjowidjo 2000: 146):

  1. liat tuputupu maksudnya ayo lihat kupu-kupu
  2. etsa nani maksudnya echa mau nyanyi.[4]

Berikut ini ada beberapa teori tentang pemerolehan sintaksis yaitu:

  1. Teori bahasa Pivot

Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak dimulai oleh Brane (1963), Bellugi (1964), Brown dan Fraser (1964), dan Miler dan Ervin. Menurutnya ucapan dua kata kanak-kanak terdiri dari dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu dalam kalimat. Kedua jenis kata ini kemudian dikenal dengan nama kelas pivot dan kelas terbuka. Berdasarkan kedua jenis kata ini lahirlah teori yang disebut teori tata bahasa pivot.[5]

  1. Teori hubungan Tata bahasa nurani

Tata bahasa generatif transformasi dari Chomsky (1957-1965) sangat terasa pengaruhnya dalam pengkajian perkembangan sintaksis kanak-kanak. Menurut chomsky hubungan-hubungan tata bahasa tertentu seperti “ subject – of, predicate – of, dan direct object – of” adalah bersifat universal dan dimiliki oleh semua bahasa yang ada di dunia ini.[6]

Berdasarkan teori Chomsky tersebut, Mc. Neil (1970) menyatakan pengetahuan kanak-kanak mengenai hubungan-hubungan tatabahasa universal ini bersifat "nurani". Maka itu akan lansung mempengaruhi pemerolehan sintaksis kanak-kanak sejak tahap awalnya. Jadi, pemerolehan sintaksis ditentukan oleh hubungan-hubungan tatabahasa universal ini.

  1. Teori hubungan tata bahasa dan informasi situasi

Sehubungan dengan teori hubungan tata bahasa nurani, Bloom (1970) mengatakan bahwa hubungan hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada informasi situasi (konteks) belumlah mencukupi untuk menganalisis ucapan atau bahasa kanak-kanak.[7]

  1. Teori kumulatif kompleks

Teori ini dikemukakan oleh Brown (1973) berdasarkan data yang dikumpulkannya. Menurut Brown, urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak ditentukan oleh kumulatif kompleks semantik morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh. Jadi, sama sekali tidak ditentukan oleh frekuensi munculnya morfem atau kata-kata itu dalam ucapan orang dewasa. Dari tia orang kanak-kanak (berusia dua tahun) yang sedang memperoleh bahasa inggris yang diteliti Brown ternyata morfem yang pertama kali dikuasai adalah progressive-ing dari kata kerja, padahal bentuk ini tidak sering muncul dalam ucapan-ucapan orang dewasa.

Setelah progressive-ing baru muncul kata depan in, kemudian on, dan diikuti oleh bentuk jamak, ’s. Sedangkan artikel The dan a yang lebih sering muncul dalam ucapan-ucapan orang dewasa baru muncul pada tahap ke 8. urutan perkembangan sintaksis yang dilaporkan oleh Brown hampir sama dengan urutan perkembangan hubungan-hubungan sintaksis yang dilaporkan oleh sejumlah pakar lain (simanjuntak 1987).[8]

  1. Teori pendekatan semantik

Teori pendekatan semantik ini menurut Greenfield dan Smith (1976) pertama kali diperkenalkan oleh Bloom. Dalam hal ini Bloom (1970) mengintegrasikan pengetahuan semantik dalam pengkajian perkembangan sintaksis ini berdasarkan teori generatif transformsinya, Chomsky (1965).

Salah satu teori bahasa yang didasarkan pada komponen semantik diperkenalkan oleh Fillmore (1968)yang dikenal dengan nama tata bahasa kasus (case grammar). Teori ini telah digunakan oleh Bowerman dan Brown (1973) sebagai dasar untuk menganalisis data-data perkembangan bahasa.[9]

3. Cara pemerolehan Bahasa

Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya.[10]

Pada umumnya kebanyakan ahli bahasa berpandangan bahwa anak dimanapun berada akan memperoleh bahasa ibunya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan tidak hanya dilandasi oleh biolog dan neurologi manusia yang sama tapi juga oleh pandang mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan kodrat pada saat dilahirkan.[11]

Dalam bidang sintaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata. Kata ini bagi anak sebenarnya kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu.[12]

· Teori Pemerolehan Bahasa

Kalau dihubungkan dengan psikologi, ada tiga teori yang dapat menjelaskan pemerolehan bahasa pada seorang anak.

Pertama, teori pemerolehan bahasa yang behavioristik. Menurut pandangan teori ini, tidak ada struktur linguistik yang dibawa sejak lahir. Anak yang lahir dianggap kosong dari bahasa. Mereka berpendapat bahwa anak yang lahir tidak membawa kapasitas atau potensi bahasa. Bahkan Brown (1980) menyatakan bahwa anak lahir ke dunia ini seperti kain putih tanpa catatan-catatan, lingkungannyalah yang akan membentuk tingkah lakunya. [13]

Pengetahuan dan keterampilan berbahasa diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar. Dengan demikian, bahasa dipandang sebagai sesuatu yang dipindahkan melalui pewarisan kebudayaan, sama halnya seperti orang yang belajar mengendarai sepeda.

Kedua, teori pemerolehan bahasa yang mentalistik. Teori ini acapkali dioposisikan dengan teori pemerolehan bahasa yang behavioristik. Dalam pandangan teori ini, anak yang lahir ke dunia sudah membawa kapasitas atau potensi bahasa. Kapasitas atau potensi bahasa ini akan menentukan struktur bahasa yang akan digunakan selanjutnya.[14]

Ketiga, teori pemerolehan bahasa yang kognitif. Teori ini sebenarnya merupakan 'sempalan' dari teori yang mentalistik yang beranggapan bahwa kapasitas kognitif anak mampu menemukan struktur dalam bahasa yang didengar di sekelilingnya. Pemahaman dan produksi serta komprehensi bahasa pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara terus-menerus berkembang dan berubah.[15]

Ketiga teori tersebut secara bersama-sama dapat dipakai untuk menjelaskan proses pemerolehan bahasa ibu, karena masing-masing teori dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam pemahaman saya, anak yang baru lahir memang telah mempunyai potensi jiwa yang secara terus-menerus dipakai untuk 'menganalisis' apa saja yang didengar dari lingkungannya.Kanak-kanak tersebut dapat mengembangkan kemampuan apabila anak berada dalam lingkungan pemakaian bahasa. Dengan demikian, di samping itu sejak lahir anak sudah mempunyai potensi berbahasa, lingkungan juga sangat berperan membentuk bahasa seorang anak.

4. Bahasa Ibu vs Bahasa Sang Ibu

Bahasa ibu sebagai bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai atau diperoleh anak. Bahasa ibu adalah padanan untuk istilah Inggris native language. Bahasa Inggris untuk anak dan orang Inggris adalah bahasa ibu. Begitu juga bila anak Indonesia lahir dan di besarkan di Bostom dan dari kecil dia memakai bahasa Inggris, maka itulah bahasa ibunya. Bahasa sang ibu adalah bahasa yang dipakai oleh orang dewasa pada waktu berbicara dengan anak yang sedang dalam proses memperoleh bahasa ibunya. Bahasa seorang anak yang berumur 15 tahun, waktu berbicara dengan adiknya yang berumur 2 tahun juga bahasa sang ibu.

Ciri-ciri khusus bahasa sang ibu menurut (Moskowitz 1981,Pine 1994:15, Barton dan Tomasello 1994: 109) yaitu:

· Kalimat umumnya pendek-pendek

· Nada suara biasanya tinggi

· Intonasinya agak berlebihan

· Laju ujaran agak lambat

· Banyak redundansi (pengulangan)

· Banyak memakai kata sapaan

Ciri-ciri ini makin lama makin berkurang sesuai dengan perkembangan anak. Misalnya, kecepatan ujran orang dewasa pada anak adalah 50% dari kecepatan waktu berbicara dengan orang dewasa yang lain. Presentase pada anak ini naik secara gradual. Intonasi orang dewasa juga makin lama akan akan berkurang demikian juga nada suaranya.

Menurut Chomsky bahasa sang ibu itu "amburadul" (degenerate), artinya bahasa yang kita pakai tidak selamanya apik (baik). Akan tetapi, dari imput yang tidak apik ini anak dapat menyaringnya menjadi sistem yang apik. Gleitman (1977) dan Snow (1997) menemukan dalam penelitian mereka bahwa bahasa sang ibu itu ternyata tidak sejelek seperti yang dinyatakan Chomsky.

5. Komprehensi dan Produksi Ujaran

Seorang anak dan orang dewasa memiliki dua tingkat kemampuan yang berbeda dalam berbahasa. Sebagai orang dewasa, kita menyadari bahwa jumlah kosakata yang kita pakai secara aktif adalah lebih rendah daripada kata-kata yang dapat kita mengerti. Begitu juga anak, dimanapun juga kemampuan anak untuk memahami apa yang dikatakan orang jauh lebih cepat dan lebih baik daripada produksinya. Sebagian peneliti mengatakan bahwa kemampuan anak dalam komprehensif ada lima kali lipat dibandingkan dengan produksinya.

Ketidak seimbangan antara komprehensif dengan produksi ini tanpak pada prilaku bahasa sehari-hari si anak. Dia telah bisa memahami perintah untuk menaruh bungkus makanan ketempat sampah misalnya, meskipun dia belum dapat mengungkapkan satu kata pun dengan baik. Dia akan menangis kalau dimarahi oleh ibu atau bapaknya, dia akan datang kalau dipanggil dan seterusnya.

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Pemerolehan merupakan padanan kata acquisition yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya.

Tahap perkembangan sintaksis secara singkat terbagi dalam:

a. Masa pra-lingual, sampai usia 1 tahun

b. Kalimat satu kata, 1-1,5 tahun

c. Kalimat rangkaian kata, 1,5-2 tahun

d. Konstruksi sederhana dan kompleks, 3 tahun.

Jadi proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (bahasa ibu terjadi bila anaknya sejak semula tanpa bahasa dan kini telah memperoleh bahasa)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dardjowidjojo, Soenjono, Psikolinguistik, Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2003

http://speechclinic.wordpress.com/2009/06/28/perkembangan-bahasa-menurut berbagai-komponen/

http://massofa.wordpress.com/2008/11/19/pemerolehan-bahasa-anak-usia-4-6-tahun/

http://id.shvoong.com/books/1965998-pemerolehan-bahasa-bagian-ii/

http://kidemang.com/index.php/gambar_wayang/gambar_wayang/mambots/editors/mostlyce/jscripts/tiny_mce/plugins/paste/php_files/index.php?option=com_content&view=article&id=923&Itemid=845



[1] Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 2003), h. 225

[3] op.cit. Soenjono Dardjowidjojo, h. 225-227

[4]Ibid. h. 246-247

[5]Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta). H. 183-184

[6] Ibid. h. 186

[7] Ibid. h. 188

[8] Ibid. h. 189

[9] Ibid. h. 190

[11] http://id.shvoong.com/books/1965998-pemerolehan-bahasa-bagian-ii/

[14] Ibid.

[15] Ibid.

No comments:

Post a Comment