Monday 31 January 2011

BAHASA dan BIOLOGINYA

Oleh:

Surya Hadi : 127.027

Syafrizal : 127.029

Mahdi rahmat : 205.077

PENDAHULUAN

Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sarana komunikasi antar manusia dan sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama disebut fungsi komunikatif dan fungsi yang kedua disebut fungsi kehesif atau integratif. Pengembangan suatu bahasa haruslah memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi keseimbangan yang saling menunjang dalam pertumbuhannya.

Selaku alat komunikasi pada pokoknya bahasa mencakup tiga unsur,
Yakni:
1. Bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan.
2. Bahasa sebagai alat komunikasi menyampaikan pesan yang berkonotasi sikap (afektif)
3. Bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan berkonotasi pikiran(penalaran).

Salah satu bekal utama yang dimiliki oleh manusia yang membedakannya dari binatang adalah bahwa manusia dapat berbahasa sedangkan binatang tidak. Usaha yang telah dilakukan oleh orang-orang seperti Hayes, kellogs, gardner, dan premack untuk mendidik simpanse berbahasa tidak ada yang berhasil. Kegagalan para ahli ini bukan karena metodologi mereka keliru, bahan ajarnya kurang baik, atau waktu yang tidak cukup, tetapi karena bahan bakunya memang tidak mungkin untuk diajar berbahasa. Bahan baku ini ada dua macam. Yakni, bahan baku biologis dan bahan baku neurologis.maka dari itu penulis akan membahas tentang Biologo dan Bahasanya yang mencakup: Pengertian dan cirinya, komponen bahasa, alat bahasa, dan struktur mulut manusia.

PEMBAHASAN

BAHASA dan BIOLOGINYA

a. Pengertian dan ciri bahasa manusia

Pengertian:

Bahasa adalah suatu system symbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.[1]

Dari zainuddin dalam bukunya “pengetahuan kebahasaan pengantar linguistik umum” menyatakan bahwa bahasa itu adalah seperangkat kebiasaan, sistem, lambang, hasil persepakatan, bersifat linear, diperoleh denagan belajar, bahasa itu berubah, dan bersifat produktif.[2]

Dari defenisi diatas maka dapat kita simpulkan bahwa bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.

Bahasa dibentuk oleh kaedah dan aturan serta dengan pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tat bentuk dan tata kalimat.Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus menguasai bahasanya[3]

Sebenarnya cukup banyak dan bervariasi definisi tentang bahasa yang bisa kita temui. Variasi itu wajar terjadi karena sudut pandang keilmuan mereka yang juga berbeda. Meskipun demikian, variasi tersebut terletak pada penekanannya saja, akan tetapi hakikatnya sama. Ada yang menekankan bahasa pada fungsi komunikasi, ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem, ada pula yang memposisikan bahasa sebagai alat. Meskipun demikian, ada persamaan dalam hal-hal prinsip, yang oleh Alwasilah disebut dengan hakikat bahasa

Sedangkan biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup, baik itu tumbuhan atau hewan.[4]

Dalam biologi, manusia biasanya dipelajari sebagai salah satu dari berbagai spesies di muka Bumi. Pembelajaran biologi manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis serta ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan. Secara biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies Homo sapiens. Satu-satunya subspesies yang tersisa dari Homo Sapiens ini adalah Homo sapiens sapiens. Mereka biasanya dianggap sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam genus Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya (dua kaki) yang sempurna. Dengan ada nya kedua kaki untuk menggerakan badan, kedua tungkai depan dapat digunakan untuk memanipulasi obyek menggunakan jari jempol (ibu jari).[5]

Ciri bahasa manusia:

1. Bahasa manusia memilki ketergantungan struktur (structure-dependence)

suatu kata dalam kalimat mempunyai ketergantungan dengan kata yang lain.

contoh: orang tua itu harus mencangkul ladang kering

kalimat ini bisa dipecah menjadi beberapa unit, mulai dari unit besar sampai unit yang kecil. Seperti: orang tua itu membentuk satu kesatuan, satu unit. dan mencangkul ladang kering suatu unit yang lain lagi. Dari unit yang sudah dipecah ini dapat pula dipecah menjadi unit yang lebih kecil lagi, sehingga dari unit orang tua dipecah menjadi orang dan tua. Dari unit mencangkul ladang kering kita dapatkan mencangkul dan ladang kering; dari ladang kering menjadi ladang dan kering. Selama unit itu masih belum merupakan unit yang terkecil pemecahan itu masih bisa terus dilakukan.

2. Bahasa dan pemakai bahasa kreatif

Dari segi pemakai bahasa, dia kreatif karena dia memiliki kemampuan untuk memahami dan mengujarkan ujaran baru manapun. Ujaran yang kita dengar kapanpun juga tidak pernah ada yang sama dengan ujaran yang kita dengar sebelumnya, meskipun topiknya sama. Bahasa juga kreatif karena bentuknya tidak dikontrol oleh factor eksternal. Bila seorang manusia kakinya terinjak oleh orang lainwaktu naik bus, reaksi verbal yang akan diberikan tidak dapat diramalkan. Dia bias berteriak: Aduuuh; dia bias mengumpat: Matanya liat, dong, kalo jalan!, atau dia bisa diam saja. Factor eksternal seperti pada injakan kaki ini tidak dapat mengarahkan bentuk bahasa yang diujarkan oleh manusia. Reaksi seperti ini berbeda dengan reaksi binatang. Bila seekor kucing terinjak ekornya, dia pasti akan berteriak ngeoong… dan bahkan bisa pula dia mencoba menggigit sipenginjak.

3. Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang sudah lampau atau yang belum terjadi dan bahkan untuk sesuatu yang dibayangkan.

Struktur bahasa memungkinkan kita untuk berbicara tentang peristiwa yang terjadi kemarin atau bahkan ratusan tahun yang lalu. Bahasa manusia memungkinkan kita untuk berbicara soal hujan kamarin sore atau soal Patih Gadjah Mada dari kerajaan kuno Majapahit. Struktur bahasa juga memungkinkan kita untuk berbincang tentang apa pun yang kita rencanakan atau akan terjadi dimasa depan. Kita bahkan dapat berbicara tentang angan maupun impian. Hal-hal seperti ini tidak terdapat pada alat komunikasi binatang.

4. Bahasa memiliki struktur ganda yang dinamakan struktur batin (deep structure) dan struktur lahir (surface structure).

Dalam banyak hal kedua struktur ini memang menyatu sehingga tidak tampak adanya pebedaan. Seperti contoh dalam bahasa inggris dibawah ini:

“the shooting of the hunter was terrible

Kita hanya melihat adanya satu struktur lahir. Akan tetapi, satu kalimat ini memiliki dua struktur batin yang berbeda. Karena itu, maknanya pun ganda pula, yakni:

- “the hunter shot someone and the way he did it was very bad”

- “someone shot the hunter and this action was very bad”

Disini tampak bahwa dua makna yang terkandung pada contoh diatas disebabkan aleh adanya dua struktur batin yang berbeda. Sebaliknya, bisa terjadi pula adanya dua kalimat yang struktur lahirnya berbeda tetapi struktur batinnya sama. Seperti kalimat berikut:

- orang itu memukuli saya

- saya dipukuli oleh orang itu

kedua kalimat diatas memiliki makna dasar yang sama, pebedaannnya hanyalah bahwa kalmat pertama berbentuk kalimat aktif sedangkan kalimat kedua berbentuk kalimat pasif.

5. Bahasa itu diperoleh secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi yang lain.

Anak sunda yang dilahirkan dan dibesarkan dikeluarga Sunda di Bandung akan memperoleh bahasa Sunda. Namun bahasa mana yang diperoleh anak tergantung pada masukan dari masyarakat dimana anak ini tinggal.

Hal seperti ini tidak terjadi pada binatang karena pemrolehan “bahasa binatang” bersifat instingtif. Seekor burung perkutut akan tetap menyuarakan bunyi burung perkutut kalaupun dia dilahirkan dan dibesarkan di “masyrakat” burung jalak atau burung beo, dan begitu seterusnya.

6. Hubungan antara kata dengan benda, perbuatan, atau keadaan yang dirujuknya itu arbitrer (arbitrary).

Tidak ada alas an mengapa suatu benda kita namakan nasi dan suatu perbuatan kita namakan lari. Kaitan ini semata-mata merupakan konvensi, persetujuan, diantara para pemakai bahasa itu. Karena itulah maka orang Inggris menamakan rice dan run sedangkan orang Jawa sego dan mlayu. Konon binatang ada juga yang melakukan hal yang arbitrer. Kalau lagi marah, burung laut (sea guls) konon malah pergi menjauh dari musuhnya lalu mencabuti rumput – suatu perbuatan yang tampaknya tidak berkaitan dengan keadaan marah.

7. Bahasa memiliki pola dualitas.

Artinya, bunyi-bunyi itu sendiri sebenarnya tidak mempunyai makna dan baru bermakna setelah bunyi-bunyi itu kita gabungkan. Bunyi /k/, /s/, dan /a/, secara terpisah tidak mempunyai makna. Akan tetapi, setelah /k/ digabung dengan /a/ dan kemudian /s/ maka terbentuklah kata /kas/; tapi bila gabungannya adalah /s/, /a/, dan /k/, maka yang terbentuk adalah kata lain, yakni, /sak/.

8. Bahasa itu memiliki semantisitas.

Artinya, bahwa begitu suatu nama diberikan maka nama itu akan selalu merujuk kepada konsep benda itu, meskipun benda itu sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk nama itu. Ambillah kata kursi. Begitu kita menguasai konsep yang diwakili oleh benda itu, maka bila suatu saat kita melihat ada kursi yang kakinya patah satu, kita tetap akan menamakannya kursi; begitu juga kalau landasannya bolong, dsb.[6]

b. komponen bahasa

Bahasa memiliki 3 komponen:

a. Sintaktik: menangani ihwal yang berkaitan kata, frasa, dan kalimat.

b. Fonologi: menangani ihwal yang bekitan dengan bunyi. Bunyi merupakan simbol lisan yang dipakai oleh manusia untuk menyampaikan apapun yang ingin disampaikan.

c. Semantik: membahas ihwal makna. Dalam komponen ini kata tidak hanya diberi makna seperti yang terdapat pada kebanyakan kamus, tetapi juga diberei rincian makna yang disebut fitur semantik. Kata jejaka, misalnya memiliki fitur semantik: [+N], [+manusia], [+lelaki], [+dewasa], dan [+belum pernah nikah]. Kata perawan memiliki [+n], [+manusia], [wanita], [+dewasa], [+belum pernah nikah], dan juga [+selaput darah masih utuh].

c. Alat-alat bahasa manusia

Kalau ditelusuri peerkembangan alat ujaran (Speech organs) dari jaman purbanya maka akan tampak bahwa manusia memang mempunyai pertumbuhan yang paling belakang dan sempurna.adapun alat-alat bahasa manusia yaitu:

Paru-paru, Laring, Faring, Mulut, Lidah, Otak.

d. Struktur mulut manusia dan binatang serta kaitannya dengan bahasa manusia dan binatang.

Mulut manusia:

- Secara proposional rongga mulut manusia adalah kecil. Ukuran ini membuat manusia dapat lebih mudah mengaturnya.

- Lidah manusia yang secara proposional lebih tebal daripada lidah binatang dan menjorok sedikit ketenggorokan memungkinkan untuk digerakkan secara fleksibel sehingga bisa dinaikkan, diturunkan, dimajukan, dimundurkan, atau diratakan ditengah. Posisi yang bermacam-macam ini menghasilkan bunyi vocal yang bemacam-macam pula, dari yang paling depan tinggi /i/ sampai ke yang paling belakang tinggi /u/, dan dari yang paling rendah depan /ae/ ke yang palin rendah belakang /a/.

- Gigi manusi jaraknya rapat, tingginya rata, dan tidak miring kedepan membuat udara yang keluar dari mulut lebih dapat diatur.

- Bibir manusia lebih dapat digerakkan dengan fleksibel. Bibir atas yang bertemu dengan bibir bawah akan menghasilkan bunyi tertentu, /m/, /p/, /b/, tetapi bila bibir bawah agak ditarik kebelakang dan menempel pada ujung gigi atas akan terciptalah bunyi lain, /f/, dan /v/.

- Paru-paru manusia juga dengan mudah menyesuaikannya dengan kebutuhan. Pernafasan kita waktu berbicara, waktu diam, dan lain sebagainya tidaklah sama. Pada waktu bicara, kita menarik nafas yang panjang sehingga paru-paru menjadi besar. Udara ini tidak kita hembuskan keluar sekaligus, tetapi secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, kita dapat berbicara berjam-jam, tapi kita tidak bisah berada dalam air lebih lama daripada lima menit.

Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dari segi biologi alat pernafasan, manusia memang ditakdirkan untuk menjadi primat yang dapat berbicara.

Mulut non manusia simpanse:

- Lidah mempunyai ukuran yang tipis dan panjang tetapi semuanya ada dalam rogga mulut. Bentuk yang seperti ini lebih cocok sebagai alat untuk kebutuhan yang non-vokal seperti meraba, menjilat, dan menelan mangsa.

- Laring pada binatang seperti simpanse terletak dekat dengan jalur udara kehidung sehingga waktu bernafas laring tadi terdorong keatas dan menutup lubang udara yang kehidung.

- Gigi binatang merupakan deretan yang terputus-putus, ukuran panjangnya tidak sama, dan letaknya miring kedepan (Aitchison 1998: 48-49). Letak seperti ini tidak memungkinkan gigi atas dan gigi bawah untuk bertemu. Bentuk, letak, dan pengaturan seperti ini memang dicanangkan untuk kebutuhan primer primat itu. Yakni, mencari makan.

- Bibir pada binatang juga tidak fleksibel sehingga tidak bisa diatur untuk dipertemukan atau dilencengkan untuk menghasilkan bunyi atau suara yang berbeda.

Kaitannya :

Disamping struktur mulut manusia secara biologis berbeda dengan struktur mulut binatang, bahasa juga terkait dengan biologi dari segi yang lain.Hal ini tampak pada proses pemerolehan bahasa

PENUTUP

a. Kesimpulan

dari uraian yang kami paparkan diatas maka dapat disimpulkan, bahwa:

Bahasa adalah suatu system symbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Dan biolgi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup, baik itu tumbuhan atau hewan.

Ciri bahasa manusia: Bahasa manusia memilki ketergantungan struktur (structure-dependence), Bahasa dan pemakai bahasa kreatif, Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang sudah lampau atau yang belum terjadi dan bahkan untuk sesuatu yang dibayangkan., Bahasa memiliki struktur ganda., Bahasa itu diperoleh secara turun temurun, Bahasa memiliki pola dualitas, Bahasa itu memiliki semantisitas.

Bahasa memiliki 3 komponen: sintaktik, sonologi, semantic.

Alat-alat bahasa manusia

adapun alat-alat bahasa manusia yaitu: Paru-paru, Laring, Faring, Mulut, Lidah, Otak.

Struktur mulut manusia dan non manusia simpanse: juga hampir sama dengan manusia tapi ukurannya bebeda.

Kaitannya : Disamping struktur mulut manusia secara biologis berbeda dengan struktur mulut binatang, bahasa juga terkait dengan biologi dari segi yang lain.Hal ini tampak pada proses pemerolehan bahasa

b. Saran

Dengan uraian singkat yang kami sajikan ini semoga kita bisa memahami tentang bahasa dan biologi, serta hal-hal yang terkait dengannya. Dan apa beda antara kita dan binatang, terkhusus pada bahasa yang kita bahas pada makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjojo, Soenjono, ,2005.Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusisa.(Yayasan Obor Indonesia)

Zainuddin, 1985.Pengetahuan Kebahasaan Pengantar Linguistik Umum.(Usaha Nasional:Surabaya Indonesia)

http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia

http://smpn2bdg.gettalk.net/lab-biologi-f5/pengertian-biologi.28/02/2010

http://blognyaprabu.multiply.com/journal/item/10.1/03/2010



[1] Soenjono Dardjowidjojo,Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusisa.(Yayasan Obor Indonesia,2005) hal.16

[2] Zainuddin,Pengetahuan Kebahasaan Pengantar Linguistik Umum.(Usaha Nasional:Surabaya Indonesia,1985) hal.11

[4] http://smpn2bdg.gettalk.net/lab-biologi-f5/pengertian-biologi.28/02/2010

[6] Ibid. Soenjono Dardjowidjojo.hal.8

No comments:

Post a Comment