IDRIS
HASIL OBSERVASI TELA'AH KURIKULUM
TENTANG
MEDIA DAN ALAT PERAGA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral, maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran.
Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran dan penilaian pengajaran. Unsur-unsur tersebut bisa dikenal dengan komponen-komponen pengajaran. Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di MTsM Lima Kaum, bahwa pembelajaran matematika telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tetapi dalam pelaksanaannya tujuan KTSP itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pembelajaran masih didominasi oleh guru, sedangkan siswa pasif, hanya mendengarkan, memperhatikan, mencatat dan mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dimengerti. Sehingga strategi pembelajaran matematika yang digunakan oleh guru cenderung satu arah, guru menjelaskan materi di depan kelas dengan menggunakan alat peraga dan media, seperti rol yang disandarkan pada dinding, lokal, dan gambar grafik yang ditulis di atas kertas karton, lalu dilanjutkan dengan pemberian contoh soal, sementara siswa diminta mencatat dan mengerjakan beberapa latihan dan diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah (PR).
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
b. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
c. Guru menggunakan media dan alat peraga.
3. Batasan Masalah
Berdasarkan keterbatasan waktu, tenaga dan dana maka penulis merumuskan masalah yang akan difokuskan untuk mengamati yaitu tentang media dan alat peraga pengajaran yang digunakan oleh guru MTsM Lima Kaum.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam observasi ini adalah sebagai barikut:
a. Apa manfaat dari media dan alat peraga dalam pembelajaran matematika?
b. Apa karakteristik dari media dan alat peraga yang baik dalam pembelajaran matematika?
5. Tujuan Observasi
Adapun tujuan penulis melakukan observasi yaitu untuk mengetahui apa manfaat dan katakteristik dari media dan alat peraga dalam pembelajaran matematika.
6. Manfaat Observasi
Adapun manfaat melakukan observasi ini adalah:
a. Penulis dapat mengetahui manfaat dan karakteristik dari media dan alat peraga dalam pembelajaran matematika.
b. Sebagai masukan bagi guru matematika khususnya dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar di MTsM Lima Kaum.
c. Pedoman bagi penulis, sebagai calon guru dalam pembelajaran matematika dimasa mendatang khususnya tentang media dan alat peraga.
d. Sumbangan pikiran bagi dunia pendidikan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
7. Tempat dan Jadwal Observasi
Observasi ini kami lakukan di MTsM Lima kaum kelas VIII yang dilaksanakan pada:
a. Hari Rabu tanggal 24 November 2010
b. Hari Jumat tanggal 26 November 2010
c. Hari Sabtu tanggal 27 November 2010
Guru Matematika : Yuldeswira, ST
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Pengertian Media Pengajaran
Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Sadiman dkk, “Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat meransang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Gagne, “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Jadi dapat disimpulkan, media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari seseorang ke orang lain sehingga dapat memotivasinya untuk belajar.
Menurut Suherman “Pada dasarnya media terkelompokkan kedalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi (ilmu pengetahuan), dan media sekaligus merupakan alat untuk menanamkan konsep seperti alat-alat peraga pendidikan matematika”.[1] Jadi alat peraga itu merupakan bagian dari media. Alat peraga hanya dapat digunakan untuk menanamkan suatu konsep, sedangkan media digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain atau siswa.
2. Manfaat Media Pengajaran
Adapun manfaat media pengajaran dalam proses pembelajaran siswa adalah :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menmbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik
c. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabian tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam pelajaran
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamai, melakukan, mendemonstrasikan dll.
3. Kriteria-Kriteria Dalam Pemilihan Media
Adapun kriteria-kriteria untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut :
a) Ketepatanya dengan tujuan pengajaran
b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran
c) Kemudahan dalam memperoleh media
d) Keterampilan guru dalam menggunakannya
e) Tersedia waktu untuk menggunakannya
f) Sesuai dengan taraf berfikir siswa
4. Alat Peraga Pembelajaran Matematika
Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek kongkrit. Untuk memahami konsep abstrak siswa memerlukan benda-benda kongkrit (riil) sebagai perantara. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda pula. Belajar ananak akan meningkat bila ada motifasi. Karena itu dalam pengajaran diperlikan faktor-faktor yang daat memotifasi siswa untuk belajar. Konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa, bukan hanya melalui mengingat-ingat fakta.
Karena itu, dalam pembelajaran matematika guru sering menggunakan alat peraga. Menurut Suherman, dengan menggunakan alat peraga maka:[2]
a. Proses belajar mengajar termotifasi.
b. Konsep abstrak matematika disajikan dalam bentuk kongkrit.
c. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dipahami.
d. Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk kongkrit yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek penelitian ataupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.
Alat peraga dapat berupa benda riil, gambar atau diagramnya. Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda itu dapat dipindah-pindahkan(dimanipulasi), sedangkan kelemahannya tidak dapat disajikan dalam bentuk buku (tulisan). Oleh karena itu untuk tulisannya kita buat gambarnya atau diagramnya, tetapi kelemahannya ialah tidak dapat dimanipulasikan.
Menurut Suherman, dalam membuat alat peraga yang harus diperhatikan adalah hal sebagai berikut:
a. Tahan lama (dibuat dari bahan yang cukup kuat).
b. Bentuk dan warnanya menarik.
c. Sederhana dan mudah dilola.
d. Ukurannya sesuai dengan ukuran fisik anak.
e. Dapat menyajikan konsep matematika.
f. Sesuai dengan konsep.
g. Dapat menunjukkan konsep matematika yang jelas.
h. Peragaan itu merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak.
i. Kita mengharapkan siswa belajar aktif, alat peraga itu supaya dapat dimanipulasi.
j. Bila mungkin dapat berpaedah lipat (banyak).[3]
Terdapat kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga untuk pembelajaran masa kini terutama jika melihat karakteristik KBK, yaitu mencakup:
- Kesesuaian alat pengajaran yang dipilih dengan materi pengajaran atau jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa;
- Kemudahan dalam memperoleh alatnya dan kemudian dalam perancangannya;
- Kemudahan dalam penggunaannya;
- Terjamin keamanan dalam penggunaannya;
- Kemampuan dana;
- Kemudahan dalam penyimpanan, pemeliharaan dan sebagainya.
7. Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian / pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Menurut Abubakar Muhammad (1981), macam-macam alat peraga yaitu:
a. Alat perga yang bersifat perasaan; yaitu alat peraga yang berpengaruh dalam menguatkan pikiran dengan perantaran indra-indra, dengan jalan menunjukkan bendanya sendiri atau contohnya atau gambarnya dan semacamnya.
b. Alat peraga yang bersifat bahasa, yaitu alat peraga yang mempengaruhi kekuatan pikiran dengan perantaraan lafal-lafal (kata-kata) seperti penjelasan dengan menyebutkan contoh atau difinisinya atau (persamaan katanya).[4]
Sedangkan menurut Suherman, macam-macam alat perga pembelajaran matematika adalah:
a. Alat peraga kekekalan luas, seperti luas daerah perssegi panjang, luas daerah bujur sangkar, luas daerah jajaran genjang dan lain sebagainya.
b. Alat peraga kekekalan panjang, seperti tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan dan lain sebagainya.
c. Alat peraga kekekalan volume, seperti blok dienes, volume kubus, volume tabung dan lain sebagainya.
d. Alat peraga kekekalan banyak, seperti abakus biji, lidi, dan kartu nilai empat.
e. Alat peraga untuk percobaan dalam teori kemungkinan, seperti uang logam, dadu dan lain sebagainya.
f. Alat peraga untuk pengukuran dalam matematika, seperti meteran, busur derajat, roda meteran dan lain sebagainya.
g. Bangun-bangun geometri, seperti macam-macam derah segitiga, macam-macam daerah segi empat, pengubahan daerah segi banyak, daerah segi banyak dan lain sebagainya.
h. Alat peraga untuk permainan dalam matematika, seperti mesin fungsi, saringan Eratosthenes, bujur sangkat ajaib dan lain sebagainya.[5]
5. Perbedaan Alat Peraga Dan Media Pembelajaran
Perbedaan media dengan alat peraga terletak pada fungsinya dan bukan pada substansinya. Suatu sumber belajar disebut alat peraga bila hanya berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran saja; dan sumber belajar disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh proses atau kegiatan pembelajaran dan ada semacam pembagian tanggungjawab antara guru di satu sisi dan sumber lain (media) di sisi lain. Pembahasan pada pelatihan ini istilah media dan alat peraga digunakan untuk menyebut sumber atau hal atau benda yang sama dan tidak dibedakan secara substansial.
Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas, yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:
Di sini media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20% dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan didengar.[6]
BAB III
HASIL PENGAMATAN
Dari hasil observasi pertama yang dilakukan mengenai media yang dibuat oleh guru yaitu gambar grafik persamaan garis lurus bahwa media yang digunakan oleh guru tersebut dapat menarik perhatian siswa, siswa memperhatikan apa yang diterangkan oleh guru tanpa ada kegiatan yang lain seperti mengganggu teman atau meribut, dan suasana kelas tenang sehingga dapat menumbuhkan motifasi siswa untuk belajar. Dengan adanya media maka bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya tetapi masih ada sebahagian siswa yang kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga tujuan pengajaran krang tercapai sebagaimana yng diharapkan. Karena pada waktu guru memberikan soal latihan hanya beberapa orang yang dapat mengerjakannya. Sehingga metode yang digunakan oleh guru kurang bervariasi, sebab tanpa dijelaskan materi oleh guru siswa tidak dapat memahami materi tersebut.
Tetapi dengan adanya media yang talah disiapkan sebelumnya oleh guru dapat menghemat waktu, katena pada waktu menjelaskan materi guru tidak perlu lagi mencatatkan konsep tersebut di depan kelas. Dan siswa dapat juga melakukan kegiatan yang lain seperti mengamati grafik yang dibuat oleh guru.
Media yang dibuat oleh guru tersebut sudah sesuai dengan tujuan pengajaran dan memberikan dukungan terhadap isi bahan pelajaran. Media tersebut mudah diperoleh dan guru terampil menggunakannya. Dalam proses pembelajaran tersedia waktu untuk menggunakannya dan sesuai dengan taraf berfikir siswa.
Kemudian mengenai alat peraga yang digunakan oleh guru tersebut pada pertemuan kedua yaitu rol yang disandarkan kedinding diberikan pada waktu menjelaskan radien. Bahwa alat peraga tersebut hanya dapat digunakan pada waktu itu saja, bantuk dan warnanya menarik, alatnya sederhana dan mudah dilola serta sesuai dengan ukuran fisik anak. Alat tersebut dapat menyajikan konsep matematika tentang gradien dan sesuai dengan konsep bahwa gradien itu adalah suatu kemiringan pada garis lurus serta dapat menunjukkan konsep matematika yang jelas. Dengan adanya alat peraga tersebut dapat menumbuhkan konsep yang abstrak. Alat tersebut dapat dimanipulasi tetapi tidak dapat berfaedah lipat.
Pada pertemuan ketiga alat peraga yang digunakan oleh guru adalah alam sekitar siswa yaitu lokal yang berbentuk balok. Alat tersebut tahan lama bentuk dan warnanya agak menarik, sederhana, mudah dilola, ukuranya sesuai dengan fisik anak, dapat menyajikan konsep matematika, dan sesuai dengan konsep serta menunjukan konsep yang jelas. Peragaan itu merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak tetapi alat tersebut tidak dapat dimanipulasi tetapi berpaedah lipat.
Dengan adanya alat peraga maka proses belajar mengajar termotifasi. Siswa memperhatikan guru menjelaskan pelajaran tanpa ada kegiatan lain. Konsep abstrak matematika disajikan dalam bentuk kongkrit. Dan dengan adanya alat peraga maka dapat menghubungankan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dipahami.
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari observasi yang dilakukan bahwa media yang digunakan oleh guru itu berupa gambar grafik yang dibuat diatas kertas karton. Walaupun guru sudah memilih media dengan baik tetapi manfaat dari media tersebut belum dapat dirasakan sebagai mana mestinya. Alat peraga yang digunakan guru tersebut cukup baik dan manfaat dari alat peraga tersebut dapat tercapat sebagai mana yang diharapkan.
2. Kritik dan Saran
Penulis menyarankan dalam membuat media atau pun alat peraga hendaknya manfaat media dan alat peraga tersebut dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis terlihat bahwa guru selalu berusaha agar siswanya memahami materi yang disampaikannnya. Jika metode yang pertama tidak berhasil maka guru menggunakan metode yang lain agar siswa mengerti dengan materi tersebut. Dalam menyelesaikan contoh soal, guru kurang teliti dengan apa yang ditulisnya tetapi ini tidak sering terjadi.
good job...kunjungi jg http://mtsmlimakaum.blogspot.com dan http://englishlangkan.blogspot.com...ditunggu kunjungannya
ReplyDelete